tag:blogger.com,1999:blog-36369027263119206472024-02-19T09:02:08.284-08:00Jagoan Bohlam's BlogThis blog consists of several written works and very absurd giyang's personal storiesghiejagoanbohlamhttp://www.blogger.com/profile/04562805456870412612noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-3636902726311920647.post-10276957201374772072011-10-31T02:15:00.000-07:002011-10-31T02:23:16.245-07:00<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: Verdana,sans-serif; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><b><span style="font-size: 18pt;">Kisah si Pembela Keadilan</span></b></div><div align="left" class="MsoNormal" style="margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">HEADLINE NEWS!! <b>Dr.Coleus Denta Swingle diduga melakukan malpraktek, kepala Rumah Sakit Swingle Medical Center bungkam.</b></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> Satria melipat koran hariannya dan kembali menikmati segelas kopi panas dihadapannya. Namun, pikirannya melayang. <i>Headline news</i> di koran tadi merasuki batinnya, <i>malpraktek? Ceroboh juga beliau</i>. Tak sempat ia menghabiskan kopinya, tiba-tiba terdengar pintu ruang kerjanya diketuk.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Permisi, Pak” terlihat sekertaris cantik menyembul dari balik pintu.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Ya? Silakan masuk” jawab Satria sopan.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Ada yang ingin bertemu dengan Bapak. Namanya Ibu Rossa Villosa nampaknya ia ingin sekali bertemu dengan Bapak” ucap sekertaris menyampaikan maksudnya. Satria bergeming, <i>pasti ada hubungannya dengan headline news hari ini</i>.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Ya, persilakan masuk saja” ucap Satria sambil memperbaiki posisi duduknya. Sekertaris tersebut segera mengindahkan mandat dari atasnya. Tak beberapa lama kemudian, seorang wanita paruh baya beumur sekitar 50-an memasukin ruangan kerja Satria. Dr.Rossa Villosa Swingle, begitulah nama lengkap wanita tersebut. Beliau masih seperti wanita yang Satria kenal dahulu, lembut, ramah, dan hangat. Namun, terlihat dari matanya tampak semalam suntuk beliau menguras habis air matanya, <i>sembab</i>.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Saya tau maksud Ibu datang ke sini” ucap Satria <i>offensive</i>.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Alhamdulillah, kalau kau sudah mengetahuinya. Ibu harap kamu bisa melunakkan hatimu, Nak”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Bu, ini masalah hukum bukan masalah anak dan ayahnya. Sekalipun dia bukan ayah saya, saya juga tidak mau menerima kasus ini”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Satria, Ibu tau sakit hati yang kamu rasakan akibat sikap keras ayahmu. Tapi Ibu mohon, Nak. Bagaimana pun dia ayahmu”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Ahahaha..Coleus Denta Swingle ternyata bisa bersikap ceroboh juga ya. Saya kira beliau manusia sempurna yang selalu benar. Sampai-sampai mengusir anaknya karena tidak mau menjadi dokter juga”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Satria! Siapa yang mengajarkan kamu menjadi anak yang seperti ini? Nak! Ayahmu sayang sama kamu. Jangan pernah berpikiran seperti itu. Nak, Ibu mohon nak. Demi keluarga kita, demi ka cassia dan Ibu, Nak”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Sudahlah, Bu. Saya tidak mau menerima kasus ini bukan karena sakit hati di masa lalu. Namun, kasus ini terlalu berat untuk dimenangkan. Lebih baik Ibu mencari pengacara lain”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Baiklah, Nak. Ibu harap anak Ibu kembali ke pangkuan Ibu dan ayah. Kembali menjadi anak yang manis dan penuh rasa menghormati. Selamat siang” ucap dr.Rossa meninggalkan ruang kerja Satria sambil menunduk menahan tangis. Beliau rindu anaknya yang dulu, si bungsu kebanggaannya yang teramat ia cintai. Satria bungkam.</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">***</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> Satria Oxalis Swingle, pengacara muda yang satu ini merupakan anak laki-laki satu-satunya dari Dokter senior spesialis jantung Coleus Denta Swingle. Satria yang berkepribadian keras dan juga idealis menolak mentah-mentah permintaan ayahnya untuk menjadi seorang dokter. Penolakan kerasnya membuat ayah Satria geram.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> Saat itu hari kelulusan SMA, Satria yang notabenenya merupakan anak IPA bermaksud untuk mengikuti ujian SNMPTN tertulis di jurusan Hukum, Universitas Indonesia. Dr.Coleus sangat menentang tindakan anaknya ini ia berharap Satria mengambil jurusan kedokteran. Namun, Satria tetap pada pendiriannya. Dengan sungguh-sungguh ia berusaha meraih mimpinya menjadi seorang pengacara. Berkat usahanya akhirnya ia pun lolos ujian SNMPTN tertulis dan diterima di Fakultas hukum Universitas Indonesia. Mengetahui kabar tersebut, dr.Coleus menjadi sangat marah kepada Satria.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin: 0cm 21.45pt 0.0001pt 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> </span><span style="font-size: 12pt;">“Satria! Kamu mau bikin ayah malu atau apa?” bentak dr.Coleus kepada Satria. Satria hanya diam tak bisa berkata apapun. <i>Takut</i>, hanya itu yang Satria rasakan melihat perubahan emosi ayahnya.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin: 0cm 21.45pt 0.0001pt 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Ayah kecewa sama kamu! Kamu anak laki-laki satu-satunya Ayah, tapi apa? Kamu kecewakan Ayah! Untuk apa Ayah sekolahkan kamu di sekolah favorit jika nantinya kamu hanya menjadi pengacara? Ayah ingin kamu menjadi dokter! Ayah tau yang terbaik untuk kamu! Dan yang terbaik untuk kamu itu, kamu menjadi dokter, Satria! Lihat Kakamu, Cassia! Sebentar lagi dia akan menjadi dokter! Kamu mau jadi apa? KORUPTOR?! JAWAB!” dr. Coleus terus membentak Satria tanpa ampun seperti tidak ada celah baginya untuk membela diri.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Yah, aku nggak mau jadi dokter. Aku nggak mau menjadi seperti Ayah ataupun seperti Ibu bahkan ka Cassia atau keluarga Ayah yang lainnya! Aku ingin menjadi pengacara. Aku ingin membela keadilan di Indonesia dengan benar. Maaf Yah aku mungkin anak tak tahu diri tapi aku tetap pada pendirianku,” bela Satria kepada ayahnya</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Ok! Kalau memang itu mau kamu. Mulai sekarang silahkan keluar dari rumah saya dan jangan pernah kembali lagi. Kamu bukan anak saya!”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> Kejadian itu merupakan sebuah titik balik kehidupan Satria. Ia mulai hidupnya secara mandiri. Ibu dan kakaknya, Cassia, selalu memberikan dukungan kepada Satria. Untuk masalah dana pendidikan Ibu dan ka Cassia dengan senang hati membiayai uang kuliah Satria. Sampai pada akhirnya Satria bisa menjadi pengacara muda seperti sekarang. Satria sudah banyak menangani kasus hukum di Indonesia dan ia bisa dengan mudah memenangkan kasus yang ditanganinya. Sekarang ia sudah bisa membeli rumah dan mobil pribadi. Segala jerih payah dan pengorbanan Satria bebuah sangat manis dan membanggakan.</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">***</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> Satria duduk terdiam menanti seseorang yang ia tunggu-tunggu sedari tadi. Beberapa menit kemudian, seorang wanita cantik berbadan proposional menghampiri Satria. AuAuranti Sylavina, begitulah nama wanita cantik itu yang merupakan kekasih Satria.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Udah lama nunggu yah? Maaf telat tadi aku ada kerjaan yang harus diselesain” ucap AuAuranti kepada Satria sambil duduk di samping Satria.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Iya, nggak apa-apa ko, Ran. Kamu sibuk yah akhir-akhir ini?”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Lumayan lah, Sat. Penyakit ayah makin parah jadi aku harus bolak-balik rumah sakit dan kerjaanku jadi sedikit ketumpuk. Pusing deh kalau dipikirin rasanya kepalaku mau pecah” ucap Auranti sambil memegang kepalanya. Ia tampaknya sangat lelah dengan segala permasalahan dalam hidupnya. Satria memandangi gadis cantik itu dengan penuh kasih sayang ia membelai rambut Auranti, “Kamu harus kuat yah, sayang. Ayah kamu pasti sembuh ko.”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Amin! Aku udah ga kuat liat ayah harus dikemo terapi setiap hari. Kasihan ayah, semua rambutnya sekarang sudah rontok. Aku harap ayah cepet sembuh yah, Sat. Biar bisa main catur lagi sama kamu hehehe..Oyah! tadi pagi aku baca Koran. Aku turut berduka cita yah atas kasus ayah kamu. Kamu pasti ngambil kasus ini kan, Sat? Ini satu langkah baik loh buat memperbaiki hubungan kamu sama ayahmu” ucap Auranti mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau berlarut-larut dengan kesedihan yang menimpa dirinya dan juga ia ingin mengetahui keadaan Satria. Satria yang mendengar ucapan Auranti terdiam sejenak, hatinya berkecamuk, <i>ayah? Kasus ayah? Betul juga kata Auranti, tapi….”</i>Hey, Sat! Ko diem? Kamu kenapa? Aku salah ngomong yah?” tegur Auranti membuyarkan lamunan Satria. Satria ingin membagi masalahnya ini dengan kekasihnya namun nampaknya waktunya sedang tidak tepat.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Ah? Ngga apa-apa ko, Ran. Heeeem, untuk masalah itu ga usah dibahas dulu yah. Hari ini boleh aku ngejenguk ayah kamu?” Tanya Satria kepada Auranti. Masalah Auranti jauh lebih sulit dibanding masa lahnya, pikir Satria.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Wah! dengan senang hati, Sat. Makasih banyak yah” ucap Auranti senang.</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">***</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> Swingle Medical Center. <i>Kenapa harus di sini sih? </i>Pertanyaan itu mengawali langkah Satria di rumah sakit tersebut. Hampir bertahun-tahun Satria tidak pernah menginjakan kakinya lagi di rumah sakit tersebut. Ya! Alasannya hanya satu, rumah sakit ini merupakan rumah sakit milik keluarga Satria dan ayahnya merupakan pendiri dari rumah sakit ini. Yang membuatnya lebih enggan ke sini adalah hampir setangah dari dokter yang bekerja di rumah sakit ini kenal dengan Satria. Bener saja, baru ia melangkahan kakinya di <i>lobby</i> rumah sakit, seorang dokter <i>senior </i>sudah menyapanya. Dengan sopan Satria membalas sapaan tersebut. Melihat situasi seperti itu, Auranti hanya cekikikan di belakang punggung Satria. Bagaimana tidak? Satria sudah bagaikan artis saja saat itu. Setelah melewati berpuluh-puluh “fans” Satria, akhirnya mereka sampai di ruangan ICU.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> Di dalam ruang ICU, ayah Auranti terbaring lemah dengan berbagai macam alat yang menempel di sekujur tubuhnya. Mungkin tanpa alat-alat tersebut ayah Auranti sudah tidak bernyawa lagi. Satria menatap nanar ke arah ayah Auranti. Pedih, hanya itu yang ia rasakan. Ayah Auranti sudah seperti ayahnya sendiri bahkan “lebih”. Banyak pelajaran yang ia dapatkan dari seorang hakim yang kini tergeletak lemah akibat penyakit kanker yang terus menggrogoti tubuhnya. Pikiran Satria jauh melayang. Ia membayangkan yang tergeletak tak berdaya kini adalah ayahnya. Satria teringat percakapannya dengan Ayah Auranti sewaktu masih sehat. Ketika itu mereka sedang bermain catur di teras rumah Auranti,</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> </span>“Satria, kamu jangan lama-lama yah berantem sama ayah kamu! Bapak kan pengen kenalan sama bapaknya calon menantu Bapak. Kamu nih marahan ko lama bener sih, Sat”</div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"> “Hehe, iya Pak! Secepatnya saya akan kenalkan Bapak sama ayah saya. Saya juga mau membahagiakan Bapak juga Auranti”</div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"> “Nah, gitu dong! Tapi, kamu harus baikan sama ayah kamu. Bapak ngga mau nanti harus jadi hakim pertengkaran kamu sama ayah kamu. Dengar yah Satria, semua yang diucapkan ayah kamu itu pasti ada baiknya. Janganlah kamu berpikiran ayahmu jahat sama kamu. Buktiknya kamu sekarang jadi sukses kan? Pasti itu doa dari ayah kamu juga. Ayahmu pasti rindu akan kehadiran kamu. Ingat, Sat! umur Bapak dan umur ayahmu mungkin sudah ga lama lagi di dunia ini. Kapan lagi kamu membahagiakan ayahmu dan Bapak? Buanglah rasa egoismu itu. Kalau pengcara egois. Apa kata dunia? Hahahaha…”<span style="font-size: 12pt;"></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Percakapan itu amat jelas teringat di pikiran Satria, sangat berkesan baginya. Tiba-tiba buliran air bening menyeruak dari pelupuk matanya. Rindu, Satria rindu ayahnya. Rindu akan nasihat, tawa, kasih sayang, bahkan bentakan ayahnya.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Kamu kenapa Sat?” tanya Auranti heran meilhat si ksatria hatinya menangis.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Ha? <i>I’m fine</i>. Aku cuman terbawa suasana aja. Aku mau ke <i>cafeteria </i>di bawah. Kamu mau ikut atau mau aku bawain apa gitu?”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Aku mau di sini dulu aja. Ngga usah deh. Aku lagi ngga mau apa-apa”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Ok! Aku pamit sebentar yah, Ran” ucap Satria seraya meninggalakan ruang ICU tersebut.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> Sesampainya di <i>cafeteria</i>, Satria memesan secangkir kopi panas. Ia duduk termenung menatapi taman rumah sakit yang tampak asri. Sewaktu kecil ia sering bermain di sana. Berlarian kesana kemari, bermain dokter-dokteran bersama kakaknya, Cassia. Senyum tipis menyungging di wajahnya, mengingat masa kecil. Lagi asik-asiknya ia bernostalgia dengan masa kecilnya seorang dokter muda cantik menghampirinya. Dr.Cassia Swingle, tiba-tiba menepuk punggung Satria, “Satria?” </span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Heh! Ka Cassia!” ucap Satria sambil membalikan badannya</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Lagi jenguk ayahnya Auranti yah?”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Iya Ka, kasihan yah dia. Padahal dia hakim yang menginspirasi aku. Kakak apa kabar? Udah lama aku ga ketemu Kakak”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Heeem, aku baik ko Dek. Ibu kemarin sudah ke kantor kamu?”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Sudah, ka. Tapi maaf aku ga bisa ngambil kasus itu. Kasus ayah terlalu sulit untuk dimenangkan. Aku heran kok beliau bisa betindak seperti itu?”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Aku pun ngga begitu mengerti soal kasus ini yang aku tau pasien itu ngotot untuk dioperasi walau dari pihak rumah sakit udah menolak. Kalau udah gini ya, kita yang jadi sasaran untuk disalahkan. Kasihan ayah dan ibu, dek. Kayanya mereka agak deperesi. Aku bingung harus berbuat apa. Dari tadi pagi rumah sakit ini udah di serbu sama media massa. Aku sampai pusing sendiri” jelas dr.Cassia kepada Satria. Satria mencoba memahami kasus ini tapi keegoisan hatinya masih menutup akal sehatnya.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Ya, mungkin ini saatnya ayah menerima balasan dari Tuhan Ka”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Maksudmu? Benar yah kata Ibu kamu udah berubah. Mungkin aku ga pernah ngerasain jadi kamu tapi dia ayah kamu! Ayah aku juga. Dia sayang sama kamu, Dek!”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Aku juga sayang ka sama ayah tapi maaf sekali lagi aku ga bisa nerima kasus ini. Permisi ka, aku harus pergi” ucap satria meninggalkan dr.Cassia sendirian. Lagi-lagi pikiran dan hatinya berkecamuk. Antar perasaan dan akal sehat rasanya tidak pernah singkron bagi Satria.</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">***</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 12pt;">Beberapa minggu kemudian..</span></i></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">HEADLINE NEWS !!<b> Dr.Coleus Denta Swingle resmi menjadi terdakwa kasus malpraktek pasien malang! Vonis 10 tahun kurungan penjara menjerat dokter senior satu ini.</b></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><b><span style="font-size: 12pt;"> </span></b><span style="font-size: 12pt;">Satria yang masih lengkap dengan pakaian tidurnya melihat sekilas Koran pagi ini yang diantarkan ke rumahnya. <i>10 tahun? Lama juga yah. Siapa sih pengacaranya. Bodoh banget!</i>, gumamnya pelan. Hari minggu ini seperti biasanya, Satria akan menghabiskan <i>weekend</i>nya bersama Auranti. Ia segera bersiap-siap membersihkan tubuhnya dan berpakaian santai namun rapi. Diambilnya <i>smart</i> <i>phone</i> dari kantongnya, belum sempat ia men-<i>dial</i> nomer telepon Auranti, Auranti sudah meneleponnya, kebetulan.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Halo….” Satria tidak melanjutkan ucpannya. Di ujung telepon sana Auranti membom bardir Satria dengan sebuah berita yang amat memilukan hati. Ayah Auranti meninggal dunia tadi subuh. Satria terdiam, kaget, sedih dan kacau. Ia kehilangan sosok ayah yang menggantikan ayahnya untuk selama-lamanya. Setelah menutup telepon dari Auranti ia segera bergegas pergi ke rumah duka. </span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> Di rumah duka, Satria langsung menemui Auranti. Auranti tampak sangat kacau, matanya sembab. Melihat kedatangan Satria, Auranti langsung menyeruak ke dalam pelukan Satria. Dengan air mata bercucuran Satria membelai rambut Auranti lembut. Tiba-tiba, Satria teringat akan janjinya kepada ayah Auranti.</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Ran, maafin aku yah. Aku belum bisa ngebahagiain kamu. Aku juga belum bisa nepatin janji aku sama ayah aku. Aku belum bisa ngenalin ayahku ke ayah kamu. Aku nyesel, Ran”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Iya, Sat. Aku harap kamu bisa nepatin janji ayahku yah. Walau, dia ga bisa lihat dari sini tapi semoga saja di akhirat sana ia melihat usaha kamu. Jangan sampai kamu nyesel untuk yang kedua kali yah, Sat. Seengganya nanti kalau kita jadi menikah aku masih punya ayahmu”</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">Satria memeluk Auranti erat. Ia menyesal telah terlambat mengenalkan ayahnya ke ayah Auranti. Kini Satria sadar, selama ini ia telah egois pada ayahnya sendiri. Ia tidak memakai akal sehatnya untuk menyelesaikan masalah ini. Ia ingin menebus semua kesalahannya. <i>Ayah, maafkan Satria!</i></span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> Usai dari pemakaman, Satria menelepon Ibunya, “Halo, Ibu? Bu, aku terima kasus ayah. Semoga belum terlambat. Namun, kemungkinan aku tidak bisa memenangkannya. Aku hanya bisa meringankan hukumannya saja. Aku mau menebus semua kesalahanku selama ini kepada ayah. Semoga ayah mau menerima aku kembali” Ibu Satria, dr.Rossa Villosa, amat girang mendengar kalimat yang dilontarkan anaknya di telepon tadi. Akhirnya, si bungsu yang amat ia cintai kembali.</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">***</span></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;">HEADLINE NEWS!! <b>Atas keputusan hakim dan jaksa agung dr.Coleus Denta Swingle mendapat hukuman 1 tahun hukuman penjara. Penanggungan masa tahanan ini tak lain dan tak bukan berkat usaha dari pengacaranya yang merupakan anaknya sendiri, Satria Oxalis Swingle, M. SH.</b></span><b><span style="font-size: 12pt;"></span></b></div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="left" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: left; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 12pt;"> “Satria, Ayah berhutang budi sama kamu. Maafkan ayah sudah betindak arogan dengan melarang kamu menuntut ilmu di bidang hukum. Ayah sangat bangga kepada kamu, nak!” ucap dr.Coleus kepada Satria. Meski harus bebicara dibalik jeruji besi nampak raut bahagia dari wajah sang ayah.</span></div><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: inherit;"> </span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"><span style="font-family: inherit;">“Maafin Satria juga ya, yah. Satria selama ini egois ngga mau mendengar nasihat Ayah. Satria merasa beruntung memiliki Ayah” ucap Satria dengan senyum mengembang di wajahnya. Akhirnya, ia bisa bebicara dari hati ke hati bersama ayahnya meskipun harus menunggu satu tahun lagi untuk menikmati kebahagian memiliki keluarga yang utuh</span>.</span></span>ghiejagoanbohlamhttp://www.blogger.com/profile/04562805456870412612noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3636902726311920647.post-33267096237128997592011-02-13T03:22:00.000-08:002011-09-17T07:29:31.339-07:00Haruskah Cinta Tak Harus Memiliki? - part#1<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Hari ini hari pertama para siswa SMA Tritanita menjalani aktivitas mereka kembali setelah libur panjang kenaikan kelas, seperti siswa lainnya Marsya si gadis belia yang sangat cinta fotografi dan design ini yang tengah menikmati liburannya pun harus kembali bersekolah seperti biasa namun tampak raut wajahnya tidak menunjukan sedikit pun rasa semangat untuk kembali ke sekolah, ia berjalan gontai ke ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Sya, itu muka kenapa? Di tekuk gitu?” tanya Adnan, kaka semata wayang Marsya</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Males gue sekolah Dnan! Cape ih”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Sudah-sudah, ga usah banyak ngeluh. Habiskan makanannya lalu kalian langsung siap-siap berangkat” ucap Ayah Marsya menceramahi Marsya yang sedari tadi hanya membolak-balikan makananya</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Iya Yah iya” jawab Marsya yang di sambut tawa mengejek dari kakaknya. Setelah usai menyantap sarapannya Marsya dan Adnan pun berpamitan kepada kedua orang tua mereka dan bergegas memasuki mobil mereka. Sesampainya di sekolah Marsya langsung bergegas keluar dari mobil, dan melambaikan tangannya ke arah Adnan yang akan menerusakan perjalananya ke kampusnya yang tidak begitu jauh dari sekolah Marsya, dengan lunglai Marsya melangkahkan kakinya memasuki sekolahnya yang ramai dengan anak-anak berseragam putih-biru <i>bau biru ahaha</i>. Marsya kini sibuk melihat daftar nama di depan kelas untuk mengetahui dimana ia sekarang ditempakan.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><b> XI IPA 7</b>.<b> </b>jemari Marsya mulai mencari namanya di kertas yang tertempel di depan pintu kelas tersebut. 18.Marsya Alytya Sasmito. <i>Got caa…</i>, Marsya memasuki kelas barunya di dalam kelas Marsya mulai memperhatikan teman-teman sekelasnya, matanya tertuju pada seorang lelaki yang duduk di bangku kelas Marsya yang tidak asing lagi di matanya lelaki itu adalah Agra, anak baseball yang akhir-akhir ini mencuri perhatian Marsya. Lelaki berbadan atletis yang pandai bermain gitar ini menurut sepengetahuan Marsya dia anaknya irit bicara alias pendiam namun sikapnya yang baik terhadap orang disekitarnya mampu menarik perhatian Marsya.</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Hampir di setiap detik Marsya sering kali mencuri-curi pandang ke arah Agra yang duduk di arah jam 3nya dan tak jarang juga ia ke-gap oleh Agra. Shit! Malu rasanya kalau lagi asik-asiknya memanjakan mata tiba-tiba terusik oleh guru Fisika yang ternyata memperhatikan tingkah lakunya ini.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Marsya Alytya Sasmito! Apakah ada yang menarik di ujung sana? Tolong perhatikan saya di depan!” sial!, umapat Marsya pelan dan kini Cika teman sebangkunya malah ikut-ikutan meledeknya “Makanya Sya jangan ngeliatin Agra terus kena semprot bu Tata kan haha” mendengar kalimat temannya itu bola mata Marsya seakan ingin keluar dari pelupuk matanya yang hanya disambut cekikian oleh Cika.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “<i>teeeeeeeeeeeeeeeeet</i>” Bel pulang sekolah pun berbunyi Marsya yang memang jarang langsung pulang ke rumah masih asik menghabiskan waktunya bermain di lingkungan sekolahnya. Hari semakin sore Marsya yang biasanya di jemput Adnan, kini keheranan karena sampai detik ini Adnan belum datang-datang juga ke sekolahnya, Marsya pun menelepon Adnan,</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">“Dnan lu dmna? Ko ga jemput gue?.........Ha? yaudah itu alamatnya dmna?” Tanya Marsya yang heran dengan jawaban Adnan dalam hatinya pun bertanya <i>sejak kapan ini bocah ikut sanggar tari?? Kerasukan setan apa coba? -_- </i>Marsya akhirnya mendatangi tempat itu yang ternyata tidak begitu jauh dari sekolahnya. Sesampainya disana Marsya memasuki Lobby gedung itu dan menunggu Adnan <i>ini lama banget ini bocah satu, </i>gerutu Marsya dalam hatinya namun tiba-tiba Marsya dikejutkan dengan sesosok pemuda yang baru turun dari motornya <i>itu kan Agra, loh ko ada di sini juga? Ah masa dia juga ikutan sanggar tari? </i> Agra memasuki sanggar itu.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Agra?” panggil Marsya</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Heh Sya, ngapain di sini ? ko gue ga pernah liat lu sebelumya baru ikutan yah lu” Tanya Agra yang sedikit bingung dengan keberadaan Marsya. Marsya yang mendengar jawaban Agra tadi sedikit heran <i>apa bener Agra emang ikutan sanggar tari yah?</i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “itu gue nungguin kakak gue yang ntah kenapa gue bingung emang ini sanggar tari ada buat cowo yah?” ucap Marsya dan nada bingung</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Oh, ada lah Sya, emang tari cuman buat cewe aja? Haha” ucap Agra santai</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Oooooh ada yah haha. Terus lu juga ikutan Gra?” Tanya Marsya ragu-ragu</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “HAHAHA yah enggalah Sya, gue ke sini mau jemput ade gue, jangan bilang lu kira gue ikutan sanggar tari ini?” ujar Agra sambil tertawa geli</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Yah maaf gue gatau hehe wah kakak yang baik yah lu Gra, unyuuu banget!” ucap Marsya sedikit bercanda, mereka pun mengobrol dengan asiknya. Cukup lama meraka berdua mengobrol datang seorang gadis kecil berpipi tembem menghampiri Agra dan di sambut dengan pelukan oleh Agra sekarang gadis kecil sudah berada di dalam gendogan Agra.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Heehee, Sya kenalin ini ade gue, Agni” ucap Agra sambil mengangkat tangan Adiknya ke arah Marsya</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Halooooo, Agni. Aku Marsya” ucap Marsya lembut</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Halo, ka Marsya” jawab Agni polos </div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hem Sya, gue cabut duluan yah takut ke sorean, Bye!”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Bye Gra, Bye Agni.” Agra dan Agni pun sekarang sudah tidak berada di hadapan Marsya, kini dia sendirian menunggu kakaknya yang entah sampai sekarang belum datang-datang juga lantas ia mengambil handphonennya dan menelepon Adnan, belum sempat ia menekan tombol sesosok yang ia tunggu-tunggu pun datang bersama gadis cantik yang sepertinya guru tari di sanggar ini <i>pantesan, </i>gumam Marsya menarik kesimpulan bahwa Adnan memang ada maunya datang ke sanggar ini. “Eh Sya udah lama? Kenalin ini temen gue Vara. Ra, ini ade gue Marsya” ucap Adnan memperkenalkan gadis yang bersamanya ke Adiknya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Haloooo” sapa Marsya dan di sambut jabatan tangan Vara. Meraka bertiga pun bergegas memasukin mobil Adnan. Di dalam perjalanan Marsya hanya bisa tersenyum mengingat kejadian tadi dan rasa kesal menunggu kakaknya tadi hilang begitu saja malah ia ingin mengucapkan terima kasih ke kakaknya karena berkat menunggu dia Marsya jadi bertemu Agra dan banyak mengobrol dengannya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Sesampainya di rumah Adnan yang keheranan melihat adiknya yang sedari tadi senyam-senyum gajelas menanyakannya kepada Marsya, Marsya pun menceritakan semua yang terjadi padanya tadi. Adnan dan Marsya memang kaka beradik yang sangat kompak setiap mereka punya masalah atau sedang suka dengan sesorang pasti mereka membaginya bersama-sama, mereka bagaikan 2 paket yang saling mengisi satu sama lain. Adnan merespon dengan baik tentang ketertarikan adiknya terhadap Agra walau ada satu hal yang membuat Adnan sedikit kurang setuju tapi menurutnya kalau memang bisa dijalani sama-sama kenapa ngga.</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya Marsya yang di antar Adnan kesekolahnya melangkahkan kakinya memasuki kelasnya yang masih sepi. Ia pun duduk di kursi kedua dari belakang tempat biasanya ia duduk, tak lama kemudian pintu kelas Marsya terbuka tampak Agra datang dengan rambutnya yang sedikit basah seperti kehujanan yang membuatnya tampak lebih charming membuat Marsya terbelalak. Marsya pun tersenyum ke arah Agra dan dibalasnya dengan senyuman juga</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Tumben udah dateng Sya?” ucap Agra sambil mengacak2 rambutnya sendiri</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Iya nih, Adnannya buru-buru hem lu kehujanan?” Tanya Marsya yang keheranan melihat Agra kebasahan</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hem iya nih di luar gerimis jadi deh basah”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Mereka pun melanjutkan pembicaraan mereka, pembicaraan yang seru seperti mereka sudah berteman lama. Marsya yang memang menyimpan rasa terhadap Agra pun berharap ini awal yang baik untuk dia.</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Minggu-minggu sulit pun harus dilalui oleh seluruh siswa-siswi kelas XII IPA 7 karena selama 2 minggu ini mereka di <i>bombardier</i> dengan ulangan dan juga tugas yang amat banyak dan memelehkan.<i> </i>Hari ini, suara bel pun seperti <i>the sound from heaven</i>. Marsya ingin sekali cepat pulang ke rumah namun apa daya ekskul fotografinya sudah menunggu di ruang sekre dengan gontai ia melangkahkan kakinya ke ruang sekre ekskulnya. Sekitar pukul 4 sore ekskulnya pun selesai, Marsya melangkahkan kakinya ke depan gerbang sekolah untuk langsung pulang hari ini Adnan tidak menjemputnya karena ia sedang ada acara kampus yang harus dihadirinya. Ketika sedang menunggu angkot, Marsya dikejutkan dengan sebuah motor yang tiba-tiba berhenti di depannya, dan pengemudi motor itu adalah Agra.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hey Sya! baru pulang?” Tanya Agra sambil melepaskan helmnya</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hey Gra! Iya nih abis fotografi gue hehe”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Oh, mau gue anter ?” ajak Agra lembut membuat Marsya terkejut “Ah serius? Rumah gue jauh loh Gra, lagian udah sore juga” ucap Marsya yang sedikit menolak padahal dalam hatinya ia ingin sekali dianter pulang sama Agra</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Serius Sya, daripada lu kemaleman ntar. Tenang aja gue ga bakal minta ongkos ko. Yaudah naek Sya!” ucap Agra dan Marsya pun langsung naik ke motor Agra. Sepanjang perjalanan Marsya tak henti-hentinya tersenyum dan berharap Agra tidak melihatanya yang tengah tersenyum tak karuan seperti sekarang. Di tengah perjalanan hujan pun turun begitu lebatnya, Agra segera menepikan motornya dan mencari tempat untuk berteduh, di depan sebuah ruko yang sudah tutup bersama dengan para pengendara motor yang lain Agra dan Marsya bertenduh sejenak berharap hujan segera reda.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hem, Gra sorry yah lu jadi basah gini” ucap Marsya merasa bersalah</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Loh? Gpp Sya, lu nya juga basah kan? Lagian kenapa minta maaf kan gue yang mau nganterin lu. Harusnya gue yang minta maaf”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hehe tetep aja gue ga enak hehe ih dingiiiiiiiiiiiiiin” tutur Marsya sambil mengosok2an tangannya mencoba menghangatkan dirinya tapi gagal karena udara dingin sudah menyusupi dirinya</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">“Dingin yah? Nih pake sweater gue aja belum terlalu basah nih” kata Agra memberikan sweaternya yang disambut oleh Marsya dan segera ia gunakan. “Thank you yah Gra” ucap Marsya yang dibalas anggukan dan senyuman oleh Agra. Sambil menunggu hujan reda Marsya dan Agra mengobrol mencoba menghilankan kejenuhan menunggu hujan walaupun buat Marsya tidak ada rasa jenuh sama sekali berjam-jam bersama Agra, sesekali Agra melihat ke arah langit seperti berharap hujan segera reda, sekitar pukul setengah 6 sore hujan sudah mereda dan mereka pun melanjutkan perjalanan pulang selama setengah jam perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah Marsya. Sesampainya di sana, Marsya segera menuruni motor Agra,</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Thank you loh Gra. Maaf ngerepotin hehe” ucap Marsya</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Ehehe iya gpp, udah gih sana masuk ke rumah nanti ujan lagi daripada lu sakit ntar” tutur Agra dan Marsya pun menurutinya. Agra segera berpamitan dan meninggalkan rumah Marsya. Marsya yang memasukin rumah dengan senyum-senyum membuat Adnan keheranan, apa yang terjadi dengan adiknya padahal ia kira Marsya pulang akan marah kepadanya karena ga bisa jemput Marsya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Sya? Are you okay? Ga kesambet setan girang kan lu? Senyum2 gitu ih” Tanya Agra heran</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Adnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan! Gue mau ceritaaaaaa!” Marsya yang bergitu excited segera menceritakan apa yang terjadi kepada Adnan. Adnan pun dengan seksama mendengarkan cerita adiknya. “Wah Sya, kata gue dia suka sama lu juga. Tapi lu tetep berlaku sewajarnya ya Sya” Marsya pun berharap ini semua benar adanya. <i>I wish too Dnan :)</i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Hari ini Marsya ingin ber-hunting foto dan bersantai sambil mencari novel baru di toko buku, sekitar pukul 7 pagi ia sudah siap dengan celana pendek dan kaos kesayangannya dan juga tak lupa kamera DSLRnya ia kalungkan di lehernya. Ia berjalan keluar perumahannya berusaha mencari spot yang bagus untuk di abadikan di lensa kameranya. Kini ia berada di gelanggang olahraga yang memang tidak begitu jauh dari perumahannya ia berjalan dan terus berjalan ia terhenti di dekat lapangan basket tempat Gaby teman sekelasnya berlatihan basket, dengan cekatan tangan Marsay mulai mengambil gerakan-gerakan Gaby bermain basket yang kini di abadikan di dalam kameranya ketika sedang asik Marsya mengambil ekspresi anak-anak basket yang lain, Gaby menghampirinya “Woy Sya! Ngapain lu?”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hem biasa nih lagi hunting foto Gab!”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Widiiiiiih, dari tadi lu pasti motion gue yak? Beeeeuh liat dongski!” ucap Gaby sambil mengambil kamera di tangan Marsya dan mulai berkomentar tentang foto yang diambil oleh Marsya, sampai akhirnya Gaby melihat beberapa foto Agra yang diambil sengaja oleh Marsya tanpa sepengetahuan Agra,</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Sya! Kenapa lu ga ke lapangan Baseball aja?” ucap Gaby datar</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Loh ngapain?” Tanya Marsya heran</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">“Ya buat motoin Agra” ucap Gaby usil sambil melirik Marsya yang kelihatan sedikit kaget dengan ucapan Gaby, Marsya pun mulai memutar otak mencari-cari kemungkinan besar apa yang diketahui oleh Gaby karena menurut ingatannya ia ga pernah cerita soal Agra ke Gaby.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Udah lah sana Sya, ga usah bingung! Udah keliatan kali dari mata lu, lu suka sama Agra terus ini di kamera lu kenapa banyak foto candid Agra haha” ucap Gaby seakan ia tau apa yang sedang di pikirkan Marsya, Marsya yang sudah mati kutu tak bisa menanggapi pernyataan Gaby. “Ahelah gitu aja malu, udah ke sana aja daripada nyesel” sambung Gaby sambil mengedipkan matanya ke arah Marsya dan kembali ke lapangan untuk melanjutkan latihannya, Marsya yang kini ditinggal sendirian oleh Gaby mulai kebingungan akan menuruti perkataan Gaby atau tidak namun syaraf refleks yang ada di otot gerak Marsya seakan membawanya bergerak ke lapangan Baseball.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> Di dekat lapangan baseball. </div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> Marsya berhenti dan mulai memperhatikan sekeliling di lapangan baseball banyak sekali teman-teman sekolah Marsya yang sedang latihan juga. Marsya mulai memainkan lensa kamerannya dan satu demi satu gambar hasil jepretan Marsya kini bersarang di dalam memori kameranya dan sudah pasti model yang mendominasi fotonya adalah Agra, ketika Marsya sedang asik mengambil gambar seorang pitcher yang akan melemparkan bola, tiba-tiba muncul seseorang dihadapan lensa kamerannya yang mengejutkan Marsya, “AllahuAkbar!” ucap Marsya kaget dan segera menjauhakan kameranya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Eiiiiits, serem amat sama gue Sya. Ini Agra haha sorry ganggu” ternyata orang itu adalah Agra.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Haha lu Gra, gue kira ada setan apa gitu haha ngegetin aja deh”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Sorry, ngagetin abis lu serius banget tadi ngambil fotonya, mending fotoin gue haha” Marsya yang kegirangan dengan ucapan Agra tadi segera memainkan lensa kameranya dan mengambil beberapa gambar diri Agra, kali ini Marsya tak perlu diam-diam lagi untuk mengambil gambar Agra toh sekarang model candidnya ada dihadapannya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Coba liat hasil foto lu Sya” pinta Agra, kini kamera Marsya berada ditangan Agra. Agra mulai mengomentarin semua foto yang tadi di ambil oleh Marsya sebenarnya bukan komentar tapi pujian untuk Marsya. Marsya sungguh senang mendengarkan semua itu, Marsya kembali tidak bisa berhenti tersenyum.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Keren fotonya. Eh Sya, balik mau kemana? Gue pengen nyari komik nih. Temenin yuk?” </div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Wah kebetulan banget gtue juga mau nyari novel nih,Gra”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Widih pas banget yah. Yaudah, gue ganti baju dulu yah”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> Hari ini mungkin hari yang ga bisa dilupain gitu aja sama Marsya, ia ga pernah sesenang hari ini coba bayangin hari ini dia bisa ngambil gambar Agra tanpa diam-diam dan malah Agra yang minta, sekarang Agra minta Marsya nemenin dia nyari komik dan pastinya mereka berdua akan menghabiskan waktu bersama BERDUAAN! “Yuk Sya!” ajak Agra yang sudah kembali setelah mengganti bajunya dan kini mereka berdua meninggalkan Lapangan baseball menuju toko buku di sebuah Mall, sungguh hari indah bagi Marsya.</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Kini Marsya sudah berada di kamarnya senyuman mengembang dibibirnya seakan senyum itu tidak mau pergi, perasaan bahagia menyelimuti dirinya. Setelah ia membersihkan dirinya, ia pun berbaring di atas kasur, tangannya meraih handphone yang berada di samping kasur tampak sinar merah berkedap-kedip di ujung atas handphonenya tanda ada sebuah sms yang masuk. Marsya membuka sms itu,</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Adiagra Satya Laksana (work)</span></i><i><span style="font-size: 9pt;"></span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i> </i><i><span style="font-size: 8pt;">Received @19:13</span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;"> <span style="color: #0b5394;">Adiagra Satya laksana :</span> </span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Sya, thankyou yah udah mau nemenin gue hehe lagi apa, sya? Ganggu ga?</span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Pesan singkat ini jelas saja membuat Marsya semakin senang tidak karuan. Kini jari-jari Marsya menari seirama dengan perasaan hatinya di atas keypad handphonenya membalas sms dari Agra, mereka pun bersmsan sampai larut malam</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Jam di sebelah kasur Marsya menunjukan pukul 5 subuh. Marsya yang masih setengah tertidur mencoba untuk melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk bersiap-siap bersekolah. Langkahnya semangat sekali walau kantuk masih tampak di matanya akibat ber-sms-an dengan Agra tadi malam yang membuatnya begadang hingga pukul 12 malam. Marsya yang sudah siap dengan baju seragamnya kini sedang duduk manis di meja makan untuk sarapan, membuat heran mamanya karena jarang sekali Marsya bangun sepagi ini dan seceria ini. Palingan kalo bangun pagi dia hanya cemberut karena merasa waktu tidurnya terbuang sia-sia.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Sya tumben bangun pagi?” Tanya mama Marsya yang sedang sibuk menata meja</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hihi iya dong ma” jawab Marsya sambil tersenyum sumrigah, melihat ekspresi adiknya yang bergitu berbeda membuat Adnan terusik untuk meledeknya “Biasa ma lagi jatuh cinta gitu tuh kaya orang kesambet” dan langsung cubitan dari Marsya menghiasi pinggang Adnan “AWWWWWW” teriak Adnan membuat Mama hanya menggeleng2 melihat tingkah laku anaknya. Setelah menghabiskan sarapannya Marsya dan Adnan segera memasuki mobilnya dan berangkat ke sekolah.</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Di dalam kelas seperti biasanya Marsya menaruh tasnya dan mengobrol dengan teman-temannya. Mata pelajaran pertama di kelas Marysa hari ini adalah pelajaran Seni, tak berapa lama bel berbunyi Guru Seni pun memasuki kelas Marsya. Pak Danto sudah lama mengajar Seni di sekolah Marsya tapi gaya mengajar beliau sungguh sangat menyenangkan seperti anak muda.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hari ini Bapak mau kalian menyanyikan sebuah lagu yang sedang menggambarkan perasaan kalian saat ini entah itu sedih senang atau jatuh cinta mungkin? Terserah, Bapak mau lihat ekspresi kalian menyanyikannya dan bagaimana<i> </i>penjiwaan kalian terhadap lagu itu” ucap pak Danto menjelaskan materi hari ini yang mengundang riuh-redam seluruh isi kelas, Marsya berkata dalam hatinya<i> ini guru tau apa yah gue lagi jatoh cinta! Gila!</i> Dalam hitungan detik, kelas Marsya berubah seperti pasar berisik tak karuan, akhirnya Pak Danto memecahkan suasana.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Heyyy! Bapa nyuruh kalian nyanyi ke depan bukan malah ngobrol gini, ayo ada yang mau maju duluan?” semua anak-anak kelas hanya saling berpandangan melihat satu sama lain hampir 10 menit tak ada satupun yang maju ke depan. “Yaudah kalo ga ada yang mau maju Bapak yang nunjuk aja yah” ucap pak Danto yang di sambut tak menyenangkan oleh siswa seisi kelas</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Eh pak atuhlah jangan lah pak!” bujuk Adrian ketua kelas Marsya</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Loh? Abis ga ada yang mau maju, buang-buang waktu nih. Ayo sekali lagi siapa yang mau maju?” ucap Pak Danto. Tanpa disangka-sangka terdengar suara kursi di geser tampak Agra berdiri bersama gitarnya dan maju ke depan yang di sambut tepuk tangan teman-teman satu kelasnya, Masya yang kaget melihat Agra yang maju kini hanya terpaku dan pikirannya mulai bercabang <i>mampus! Agra bakal nyanyi apa yah? </i>Cika dan Evirsa yang juga teman Masya menyadari perubahan raut wajahnya itu hanya bersikut-sikutan dengan Marsya dan tersenyum meledek, “Deuh Marsya kiw” ledek Cika.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> Kini Agra sudah duduk di kursi yang sudah disiapkan pak Danto, semua mata sekarang tertuju padanya, “Lagu ini mungkin lagu yang lagi ngegambarin perasaan gue buat seseorang disana” ucap Agra yang di respon dengan teriak *deuh* dan tepuk tangan juga sorak sorai dari seluruh isi kelas, kini terdengar suara gitar yang dipeti dengan indah dan suara Agra yang mulai menyeruak ke penjuru kelas</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Bila saja kau tau yang ku rasakan pada dirimu</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Sulit untuk ku katakan betapa aku suka dirimu</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Uh, setiap kali ku menatapmu kau memberi arti untukku</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Mungkinkah kau wanita untukku</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Setiap kali ku bersamamu semua terasa indah bagiku</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Dan ku tahu</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Every lil’ thing you do, its feel so good</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">It doesn’t even have to be understood</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">You may think I’m crazy</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">When I look at you</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">I aint even can keep my cool</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Oh no I aint even can keep my cool</span></i></div><div align="right" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: right; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 10pt;">Maliq & d’essentials – Lil’ thing</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">“Thankyou” ucap Agra mengakhiri lagunya dan di sambut riuh rendah suara tepuk tangan dan teriakan namanya dari seluruh penjuru kelas. Marsya yang terkagum dengan suara merdu Agra dan alunan gitar yang dipetik Agra hanya terpaku sambil bertepuk tangan kecil, melihat Agra kembali ke tempat duduknya dan tampak Agra melempar senyuman ke arahnya. Marsya yang setengah tersadar dengan tampang sedikit linglung membalas senyuman Agra.</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Setelah pelajaran seni tadi sudah tiada ampun untuk Marsya, berjuta-juta sindiran pun harus dihadapi olehnya. <i>Hari yang berat!</i> Hampir dua setengah jam Marsya asik melihat Gaby dan teman-temanya bermain basket tapi hari semakin gelap. Masya memutuskan untuk pulang saja toh udah gaada keperluan lagi di sekolah. Marsya berjalan menuju gebrang sekolah namun tiba-tiba ia mendengar namanya dipanggil oleh seseorang,</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Marsyaaaaa!!!!!” sahut Agra dari kejauhan “Mau pulang? Gue anter yah? Males pulang nih gue pengen jalan-jalan hehe”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Haha dasar anak nakal lo hem ayok aja gue mah haha tapi gratis kan Gra? Haha”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Iya, tenang aja sama gue mah Sya, eh cari makan dulu yuk? Gue laper nih”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Alah lu bilang aja ngajak gue makan. Ayok deh gue juga laper”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Haha tau aja lu Sya!” Marsya dan Agra pun segara berangkat ke resto pasta yang tidak jauh dari sekolahnya, suasana di resto itu sungguh sangat cozy tak jarang Marsya dan teman-temannya sering menghabiskan waktunya disini entah untuk ngemil aja ato makan berat, setelah memesan makanan Agra dan Marsya memulai membuka pembicaran cukup lama mereka berbicara dan tertawa, audio di resto tersebut memutar sebuah lagu yang tadi pagi dinyanyikan oleh Agra mengundang Marsya untung bertanya kepada Agra soal lagu itu,</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “<i>Setiap kali ku menatapmu kau memberi arti untukku mungkinkah kau wanita untukku……. </i>haha lil’ things Gra! Lagu lu tadi haha” ucap Marsya sambil menyenandungkan lagu itu</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “AHAHAHA iya lagu gue tadi”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Suara lu lumayan bagus ko, tapi ga sebagus suara Angga maliqnya haha”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Yaiyalah haha yang penting rambut gue ga keribo kaya dia”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hahaha! Brokoli Gra! eh emng seseorang di sana siapa Gra? cieeeeeeee Agra”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Oh itu, seseorang di sini sebenernya”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “He? Emang ada di sini? Siapa?”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Ada dong. Tuh di depan gue” ucap Agra sambil menujuk Marsya yang berada di depannya saat ini, perlakuan Agra membuat Marsya diam kaku tak bisa berkata apa-apa, ia tidak bisa merasakan kakinya semuanya terasa begitu bagaikan mimpi, “Ha?” satu ucapan kecil yang keluar dari mulut Marsya secara reflek “heeeem, ya itu lagu buat lu. Gue suka sama lu, gue sayang sama lu. Mungkin ga lu wanita buat gue, Sya? Would you be my girl?”sebuah pernyataan dan pertanyaan terlontar dari mulut Agra dan sebucket mawar merah sudah ada di tanggan Agra yang ia sodorkan ke arah Marsya. Marsya yang masih ga percaya ini terjadi padanya hari ini masih belum bisa berbicara apapun Ia berusaha mengumpulkan kembali nyawanya dan berusaha menjawab pertanyaan Agra tadi.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “iya Gra, gue mau :)” ucapnya lembut sambil tersenyum mendengar jawaban dari Marsya tadi Agra tersenyum girang bukan kepayang, “thankyou Marsya” Hari ini menjadi hari yang paling bersejarah untuk Marsya karena lelaki yang ia sukai sejak dulu sudah menjadi miliknya ia sangat senang sekali tak akan pernah ia lupakan hari ini sampai kapan pun.</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Sesampainya di rumah Marsya langsung mencari kaka semata wayangnya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “ADNAAAAAAAN” teriaknya segera memeluk badan kakanya itu yang sedang asik menonton tv</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Apa sih ini?” protes Adnan yang berusaha melepaskan pelukan adiknya</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “GUE JADIAN nanananananaana” ucap Marsya sambil memamerkan bucket bunga yang diberikan Agra “Demi whaaaats??? Selamet yah de. Gimana ceritanya? Ayok ceritakan!” Marsya langsung menceritakan semuannya kepada Adnan, semuanya. Namun masih ada yang menjanggal dihatinya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Tapi Dnan……….” Ucapannya terhenti</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Alaaah sya udah lah jalanin aja dulu lah. Apa salahnya sih?”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Oke deh Dnan, I love you mon frère :P”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Love you too, de. Udah ah gue mau nonton dulu sana hush hush mandi lu bau” Marsya langsung menaiki tangga dan masuk ke kamarnya dan segera membersihkan badannya ia masuk ke kamar mandi dan <i>Do her own business</i> setelah selesai ia merebahkan dirinya di atas kasur tak lama kemudian ada sebuah sms masuk di handphonenya dan benar saja itu adalah sms dari Agra, dengan penuh senyum di wajahnya kejadian tadi malam masih menggerayangi kepalanya semua tingkah laku Agra mulai dari mengajaknya pergi sampai memberikannya bunga masih jernih tersimpan di kepalanya dan kupu-kupu seperti berterbangan di perutnya, Marsya pun segera membalas sms dari Agra,</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: 10pt;">‘<i>Adiagra Satya Laksana (work)</i></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i> </i><i><span style="font-size: 8pt;">Received @21:09</span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 8pt;"> </span></i><i><span style="color: #4f81bd; font-size: 10pt;">Adiagra Satya laksana :</span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Hey, wanitaku haha thank’s for tonight Sya!</span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">You’re my sweetest thing that God ever give to me</span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">I love you :*</span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i><span style="color: #9bbb59; font-size: 10pt;">Me</span></i><i><span style="font-size: 10pt;">: </span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Your welcome my singer haha :)</span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Aaaaaaaah you’re the greatest I’ve had too</span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Love you more and more <3 <3’</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Hari ini genap sudah 6 bulan hubungan Arga dan Marsya berjalan.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> Banyak aktivitas yang mereka lakukan bersama mulai dari bermain sampai belajar. Agra pun tak pernah absen untuk menjemput Marsya untuk pergi ke sekolah dan Marsya selalu siap sedia menemani Agra ketika Agra sedang tanding maupun latihan baseball, bahkan Marsya kadang-kadang menjadi guru foto untuk Agra dan sebaliknya Agra menjadi pelatih softball untuk Marsya. Mereka sangat menikmati hubungan ini. Di hari yang <i>special</i> ini Marsya ingin memberikan kejutan kepada Agra sudah dari jauh-jauh hari Marsya mempersiapkan semuanya mulai dari menyusun rencana sampai mempersiapkan kue dan keperluaan lainnya, namun sepertinya hari yang dinantikan oleh Marsya ini takkan berjalan mulus karena saat ia ingin menghubungi Agra, Agra hanya menjawab singkat dengan nada yang tidak akrab dan jawabannya pun sebuah jawaban yang membuat Marsya ingin terjun dari lantai 4 sekolahnya. Agra tidak bisa bertemu Marsya hari ini dengan alasan yang tidak disebutkan oleh Agra saat Marsya bertanya tak ada jawaban yang pasti dari Agra, berkali-kali Marsya mencoba menghubungi Agra namun hasilnya nihil handphone Agra tak bisa dihubungi olehnya. Kejadian ini sudah pasti membuat Marsya menangis tiada henti. Cika, Evirsa, Gabby dan Asyila yang sedari tadi sudah ada di rumah Marsya mencoba menghibur Marsya yang sedari tadi tiada hentinya menangis,</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Sya, udah dong jangan nangis lagi dong” bujuk Gabby</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Agra lagi sibuk kali jadi dia ga bisa jawab atau lowbat kali, sya” Asyila berusah menenangkan Marsya “Tapi ini kan Anniv gue sama dia ko dia gitu” ucap Marsya yang masih saja menangis “Sya udah atuh nangisnya yah?” Cika memberikan semangat dan mulai memutar otak mencari solusi agar Marsya ga nangis lagi. Akhrinya, mereka mengajak Marsya <i>hang-out </i>ke salah satu Mall di pusat kota.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> Sesampainya di Mall.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> Marsya dan teman-temanya pun mulai melakukan <i>window shopping</i> dan juga pastinya <i>shopping</i> di <i>Zara</i> juga <i>Mango</i>, maklum cewe kalau udah ke Mall pasti ga tahan buat belanja. Setelah cuku lama ber<i>shopping</i> ria perut mereka pun mulai bernyanyi. Mendapatkan instruksi dari perut, mereka langsung <i>cuuusss</i> ke sebuah resto pancake yang masih berada di dalam Mall tersebut. Belum sampai mereka di resto pancake tepat di depan toko olahraga, Reza, pacarnya Gabby memanggil Gabby</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Gabby!!”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hey Za, kamu udah beres latihan basketnya? Ko ga bilang ke aku?”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Sorry handphone aku mati yang, heeem lagi pada jalan nih yah? Asiiik”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “iya nih nemenin si tuan putri Marsya yang lagi bersedih, pangerannya entah kemana Za, padahal lagi Anniv doi. Dasar anak muda” ucap Cika sambil nunjuk Marsya, yang dibalas manyun oleh Marsya</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Loh? Tadi gue ketemu Agra, malah sempet ngobrol” ucap Reza yang sontak membuat Marsya dan teman-temannya kaget bukan main</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “DEMI APA????? Dimana sekarang dia? Sumpah sumpah!!” sahut Marsya yang tak kuasa menahan tangisnya, kakinya lemas.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Tadi sih dia kayanya mau cabut, barangkali sekarang dia udah di parkiran” jelas Reza, tanpa instruksi dari siapa pun Marsya segera berlari menuju parkiran, teman-temannya pun mau tak mau bergegas mengikuti Marsya. Di areal parkiran utama Marsya berusaha melihat sekeliling mencoba mencari mobil Agra dan tepat di arah jam 2 dari Marsya, sebuah mobil Honda Jazz biru metalic milik Agra di naiki oleh sang pemilik mobil dan beberapa penumpang lain dan salah satunya adalah perempuan. Marsya yang kalap kini berlari semakin cepat mencoba menghampiri mobil Agra namun sayang mobil itu sudah bergerak menjauhi areal parkir, Marsya masih saja berlari berusaha mengejar namun tangganya ditarik oleh Gaby.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Heh sya! lu mau jadi pemain sinetron murahan bukan? Lu nyoba ngejar mobil Agra sambil nangis kaya gini. Malu-maluin tau ga?”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Maksud lu apan sih? Gue cuman mau ketemu Agra! Knpa lu jadi ngatain gue?”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Ga gini juga caranya! Kebanyakan nonton reality show sih lu! udah sekarang lu tenangin diri lu dulu, sekarang percuma lu ngejar juga gabakal kekejar!”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> Mereka memasuki mobil meninggalkan pelataran parkir dan berjalan menuju tempat makan karena tadi mereka belum sempat mengisi perut. Marsya kini sudah sedikit tenang di dalam pelukan Cika walau masih menangis tapi Marsya sudah bisa tersenyum sedikit mendengarkan lelucon dari teman-temanya. Kini mobil mereka merapat ke tempat makan favorite mereka, sebuah resto pasta tempat dimana Agra menyatakan perasaanya kepada Marsya, melihat tempat ini Marsya sempat perotes dan ga mau keluar dari mobil namun lagi-lagi dengan bujukan teman-temannya akhirnya Marsya mau keluar dari mobil dan setuju untuk bersantap siang di resto ini. Baru saja Marsya turun dari mobil ia melihat mobil Agra terparkir tak jauh dari mobil yg dinaikinya dan tampak seorang perempuan seperti sedang mencari sesuatu di mobil itu namun sama sekali dia tidak melihat Agra, Marsya yang emosinya kembali naik menghampiri perempuan itu.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Agra mana?!” Tanya Marsya dengan nada membentak kepada perempuan itu</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Lu siapa? Main bentak-bentak gue!” jawab perempuan itu tak kalah ketus</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Gue? Cewenya Agra! Mana Agra?!”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Oh lu cewenya, gausah sinetron gini deh lo. Tuh Agra ada di dalam” jawab perempuan itu, Marsya segera memasuki resto tersebut dan teman-temannya yang tidak bisa berbuat apa-apa kini hanya mengikuti Marsya dari belakang, baru saja Marsya memasuki resto tersebut terdengeran petikan irama gitar, dari seseorang yang kini tepat berada di depan Marsya.</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">inginku lihat dari matamu bilakah kau pun merindukanku</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">terasa indah di hatiku saat dirimu hadir untukku</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">inginku dengar dari hatimu sudikah kau tuk temani aku</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">begitu indah ku rasakan</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">bila hadirmu memang untuk ku, dan kini</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">tak kan ada yg mengisi hatiku</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">dirimulah satukan mengisi hati</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">percayalah ku katakn pada dirimu sayangku hanyalah untukmu</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">selamanya selamalamanya</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">hari ini esok dan nanati</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">kau teteap terindah dihatiku</span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">bila kau ijinkan ku selalu bersamamu</span></i></div><div align="right" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: right; text-indent: 0cm;"><i><span style="font-size: 10pt;">Maliq & D’essentials – Hadirmu</span></i></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">“Happy 6 months anniversary, Marsya” ucapnya manis.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Dua hari pun berlalu setelah perayaan 6 bulan hubungan Marsya dan Agra namun tak ada berita dari Agra, dia seakan menjauh dari Marsya. Entah ada angin apa yang membuat Agra setega ini. Marsya yang kebingungan pun hanya bisa menangis mengkhawatirkan Agra, Marsya berusaha menghubungi teman-teman Agra namun tak ada satu pun dari mereka yang tau dimana Agra berada sekarang. Marsya pun sudah berusaha menelepon rumah Agra namun hasilnya tetap nihil. Tak terbendung lagi air mata Marsya kini mungkin hanya sosok Agra yang bisa menghentikan tangisnya. Tepat pukul 11 malam handphone Marsya berdering tanda sebuah telepon masuk, ternyata itu telepon dari Agra. Marsya yang sedikit kaget langsung mengangkat telepon itu.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Gra? kamu kemana aja? Ko dari tadi hp kamu mati?”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Maaf sya, ada yang mau aku omongin”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Apa?” Marsya kaget mendengar respon Gara tak seperti biasanya Agra bersikap seperti ini</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Sya, kayanya hubungan kita sampe di sini aja yah. Aku ga bisa ngelanjutin. Sorry yah Sya”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">*<i>tuuuuuuuuuuuut</i>*</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> Belum sempat Marsya menjawabnya telepon itu sudah ditutup secara sepihak oleh Agra. Air mata yang sempat berhenti itu kini kembali tumpah ruah tak terkendali tak tau apa yang harus dilakukannya sekarang mungkin hanya melewati malam ini dengan tangisan.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Lelaki itu hanya terus meratapi handphonenya sedikit demi sedikit air bening keluar dari pelupuk matanya. Heran memang melihat seorang lelaki berbadan atletis menangis seperti itu. Seorang temannya pun menghampiri lelaki itu.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Gra? lu baik-baik aja kan?”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Gue sih baik-baik aja Gab, tapi gue ga tega ngedenger suara Marsya. Gue yakin dia nangis gue yakin. Gue emang cowo paling tolol kenapa gue biarin Marsya sayang sama orang yang salah kaya gue?” </div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Gra, kan udah kita bilangin kalo lu masih sayang lu ga perlu mutusin dia kan?” ucap Alfa, teman Agra yang juga pacarnya Cika berusaha melunakan Agra yang terlihat menyalahakan dirinya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Fa! Sampai kapan pun gue ga akan berhenti sayang sama dia, yang gue ga mau dia jatuh terlalu jauh sama gue. Gue gamau ngeliat dia semakin sakit. Hubungan kita tuh salah!” ucap Agra memberikan argumennya tak ada salah satu dari temannya yang berani menanggapi argument Agra, “Yaudahlah ini keputusan gue, biar waktu yang mentralisirkan situasi ini. Gue tau Tuhan tau jalan yang terbaik buat gue dan dia. Thankyou yah udah bantuin gue, doain besok gue bisa biasa ke Marsya dan please kalian buat Marsya ga nangis lagi, gue gamau liat dia sedih” pinta Agra</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Anytime Gra, pasti kita buat Marsya tetep senyum kaya biasanya” ucap Alfa meyakinkan Agra. Agra hanya membalas dengan senyum simpul dari bibirnya, tanpa instruksi dari siapa pun Alfa pergi meninggalkan Agra. Malam ini mungkin menjadi malam terburuk dalam sejarah hidupnya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-align: center; text-indent: 0cm;">***</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;">Pagi ini menjadi pagi teraneh di SMA Trinita terutama di kelas XII IPA 7, sepasang anak muda yang biasanya saling melepas canda dan tawa ini kini tampak begitu dingin satu sama lain, jangankan percakapan sapaan pun tak terlontar dari mulut keduanya kini jarak yang dulu amat dekat seakan terpisah oleh jurang yang amat dalam dan lebar. Marsya hanya dapat menatap wajah manis lelaki yang dulu pernah menjadi miliknya dengan tatapan senduh, sekuat tenaga ia menahan agar air bening di pelupuk matanya tidak terjun bebas begitu saja saat ini mana mau ia terlihat kalah di depan lelaki yang sudah menghancurkan istana hatinya dengan seenaknya lewat telepon pula, lelaki macam apa dia? Pikirnya kesal mengingat kejadian tadi malam. Seorang gadis mungil cantik mendekati Marsya dan duduk disampingnya menantapnya dengan tatapan penuh hati-hati,</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hey dear”</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Hey cik” balas Marsya sekenanya kepada Cika yang kini hanya duduk terdiam disampingnya sambil mengulum senyum. Cika tak bisa berbuat apa-apa ia hanya berharap temannya ini bisa kembali menjadi Marsya yang ia kenal dulu, Marsya yang penuh canda dan tawa. Bahkan saat ini Cika kangen dijahili oleh Marsya.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"> “Sya, I’ll be always in your side if you need my arms to hold you or someone to share everything ya” ucap Cika tulus kepada Marsya. Marsya yang terlihat begitu kacau kini menyeruak kepelukan Cika, ia tak kuasa menahan tekanan yang begitu kuat dihatinya mendorong semua air bening yang sedari tadi ia tahan untuk terjun bebas membasahi apapun yang ada dihadapannya. Situasi ini sontak membuat seluruh teman-teman sekelas Marsya menghampiri mereka berdua membuat lelaki yang sedari tadi hanya bisa ‘menonton’ kejadian itu mati langkah, ingin rasanya ia menghampiri gadis itu dan memeluknya menghapus air mata yang begitu deras membasahi pipi chubby gadis yang selalu menghiasi hatinya. Namun, semua ini tak semudah yang ada dibenaknya, ia harus menahan egonya dan puas hanya menjadi penonton dalam situasi seperti ini.</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><i style="color: red;">*to be continued</i></div>ghiejagoanbohlamhttp://www.blogger.com/profile/04562805456870412612noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3636902726311920647.post-17800376181938261382010-11-13T04:04:00.000-08:002010-11-13T04:07:54.571-08:00Us :)<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Gue tau kita mungkin dipandang sebelah mata atau bahkan ga pernah dipandang. mungkin semua apa usaha kita apa yang kita lakuin bukan sesuatu yang penting buat mereka, mungkin kita hanya bagian kecil yang ga ada apa-apanya dibanding mereka yang lain yang punya potensi beda dengan kita tapi peluangnya sama. kita berjuang di tempat yang sama kita berjuang untuk sekolah kita :) tapi mungkin kita bukan kebanggaan mereka mungkin kita ga ada bagus2nya dibanding mereka yang menang olimpiade matematika atau fisika, tapi kita sebenernya sangat membanggakan :D kita mau terus berjuang diketerpurukan kita disaat kita dipandang sebelah mata atau malah ngga dipandang kita tetep berusaha mempertahanin ini. maaf yah waktu itu gue sering banget marah-marah gajelas sama kalian gue suka marah sama kalian yang jarang latihan kalian yang males2an hem gue pengen banget kita maju, seengganya sekolah bisa menghargai kita walau dikit maaf juga gue tiba2 suka nangis ga jelas gara2 basket, maaf yah? gue sayang sama kalian gue sayang banget sama hobi gue yang satu ini dan gue sayang kalian semua :) mungkin kita ga seberperstasi kaya cosmo dan mungkin kita ga seakrab anak2 trois dan ga serame mereka yang punya banyak anggota, tapi gue seneng punya kalian gue pengen bgt ngerasain atmosfer pas gue smp. gue pengen kita jadi satu keluarg selain keluarga smanti :') gue sayang sama lu semua anak basket smanti tak terkecuali, pokonya semuanya Pandu, Mamet, Janu, Adi, Sidki, Gege, Yugo, Tomo, Iqbal (Gedy junior. haha) Ambon gue suka semangat lu semua pas mau turnamen. semoga terus kaya gini yah hehe dan 2 orang yang paling yoi. Minyi & Umay :) walau cuman bertiga kita harus tetap semangat dan berusaha merekrut orang lain haha semoga kita bisa dapet 3 lagi supaya seengganya kita punya tim yah.</span> <span style="font-family: Verdana,sans-serif;">kong asep yang paling yoi juga yang udah mau ngelatih uye banget lah</span>!<br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">kita itu semua keluarga :) kita harus buktiin kita ga pantes buat dipandang sebelah mata, kita bisa jaga semuanya dan kita bisa bertanding tanpa ribut-ributan! karena sebenernya yang ribut bukan kita.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">"<u><i>without violence we can beat the game</i></u>" - Love you All Smanti's Team :)</span>ghiejagoanbohlamhttp://www.blogger.com/profile/04562805456870412612noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3636902726311920647.post-16441709367845156732010-10-12T00:41:00.000-07:002010-10-12T00:41:43.390-07:00Mereka sebut kebijakan, Gue sebut pembunuhan<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">kebijakan yayaya sebuah kebijakan yang di buat oleh para orang yang punya kedudukan, di buku pkn sih kebijakan dibuat dari aspirasi masyarakat tapi ko ini malah seakan membunuh aspirasi itu yah? alaaaaaaah sebenernya ini gaada hubungannya sama buku pkn ato apalah hem kebijakan yang suka bikin gue heran dan ga ngerti mau mereka itu apa saat sebuah kebijakan itu menghambat sebuah pertumbuhan bibit unggul yang perlu diasah dengan alasan yang sungguh sangat tidak bijak! mereka bilang takut terjadi sesuatu yang tidak diingin kan, oke! gue tau itu memang baik ko tapi apa harus dengan cara membunuh mereka? membunuh apa yang mereka punya????? emang itu bukan satu-satunya harapan mereka untuk maju, gue tau yang pertama itu pendidikan iya ko gue sangat paham! tapi apa salahnya coba memnberikan jalan mereka untuk tetap bisa menjalankan yang mereka inginkan, kejadian yang di khawatirkan itu akan terjadi bukan karena mereka tapi karena mereka yang lain, mereka yang ga punya otak untuk menyelesaikan suatu maslah, sebenernya itu bukan masalah buat mereka yang menjalani tapi mungkin suatu keharusan untuk mereka yang lain yang ingin ikutan ambil andil heeeeeeeeeemmmmmmm, apa harus kebijakan itu membunuh mereka? mereka salah apa? mereka hanya ingin sama dengan yang lain, kadang gue iri ngeliat sebuah penyalur keahlian yang lain dengan mudahnya mendapatkan izin untuk melangkah maju. miriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiis! yayaya? gue bisa apa? mau ngeluh? mau nuntut? gaakan di denger image buruk yang sebenernya ga selalu ada sama mereka udah melekat terlalu lekat di mata para petinggi itu, para petinggi yang membuat kebijakan yang gue sebut </span><b style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">pembunuhan</b><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">!</span>ghiejagoanbohlamhttp://www.blogger.com/profile/04562805456870412612noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3636902726311920647.post-58037799855774975892010-09-23T04:09:00.000-07:002010-09-23T04:21:59.995-07:00Booooooooom!<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAxioo%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAxioo%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAxioo%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
@font-face
{font-family:"Trebuchet MS";
panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:17.85pt;
margin-bottom:.0001pt;
text-indent:-17.85pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-left:17.85pt;
text-indent:-17.85pt;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> <span style="font-family: "Arial","sans-serif";">22september2010 - pas siang-siang ujan gede bangeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet! angin kenceng ga karuan, gue yang sedang belajar sejarah pada siang itu pun merasakan hujan dengan sangat sempurna! gue dapat merasakan dingin dan buliran air hujan yang jatuh di depan meja gue (kelas gue bocoooooooooooooooooor! RSBI cin haha) gue mulai panik memikirkan gimana gue LIA heem tapi pas pulang ujan reda jadi gue bisa secepatnya cabski ke LIA untuk oral test -___________________________________________- sampe di LIA gue nunggu bentar dan gue mulai melihat sekeliling mencari seseorang sebut saja dia si Atlet. dia adalah orang yang pernah gue suka dia adalah seseorang di suatu sma negeri di bogor, tapi hubungan gue sama dia sering ancur karena dia yang begitu mencintai his ex dan his ex itu ga biasa bgt sama gue zzzzzz tapi sebelum puasa gue udah menjalin hubungan yang baik dengan si Atlet dalam artian gue udah jauh lebih berteman lah dengan dia ga kaya dulu haha sempet smsan lagi tapi pas LIA gue dan dia ga ada yang nyapa satu sama lain walaupun gue sering banget papasan sama dia sampai pada akhirnya pada hari Rabu ini pas gue Oral test ini kan gue udah beres tuh gue keluar kelas dan ada si Atlet lagi ngobrol sama temen-temennya nah terus dia duduk di arah timur laut gue dan temen gue si gifa arah timur gue jadi gifa dan si Atlet duduk bersebelahan. gue yang jadi salting ga jelas berusaha untuk ga ngeliat ke arah dia sama seklai walau sesekali gue ngelirik ke arah dia oh damn! dia merahatiin gue ngobrol sama temen-temen gue dan dia ngeliatin gue ini bukan ge'er yang namanya lu di liatin ngerasa kali yaudah gue mulai ga fokus pengen gue ngeliat ke arah dia tapi ya mau gmna ntar gue malah tambah salting yaudah yah gue jadi kaya yang ripuh sorangan hem gue akhirnya memutuskan buat cepet-cepet cabs dari tempat itu tapi pas gue baru berdiri dan mulai berjalan ke arah tangga ada yang memanggil gue,</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Seorang lelaki : Ghie Ghie!<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">gue pun nengok kearah sumber suara yang gue kira si gifa,<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Gue : kenapa Gif? (nengok ke gifa)<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Gifa : (dengan tampang datar sedikit bego) ha? ngga, bukan gue<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">dan dia pun nunjuk kearah orang disebelehnya dan itu adalah si Atlet! Boooooooooooooooom! i cant feel my feet! dan akhirnya gue nyegir,<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Gue : heheeeeeeyyy..<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">gaada jawaban dan selama beberapa detik itu gue cuman paliat-liat dalam kebiusan dan gue pun angkat bicara,<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Gue : oral lu? (nunjuk ke kelasnya)<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Atlet : Iya<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Gue : oh, Sip! (berajak dari tempat itu dan langsung menuruni tangga)<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Begooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo! gue bego bgt saat itu tot! sepanjang jalan keluar LIA menuju smanti gue cuman bisa ngatain diri gue sendiri : "Bego bego! kenapa lu cuman jawab gitu? kenapa ga nanya apa ke gtu ato, semangat yah oralnya ato sepik apa kek! paaaaraaah ih gue bego bgt! dia udah ngeberaniin buat nyapa gue, tapi gue tanggepin gtu doang bego bgt emng!"<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah gue lemes bgt pas jalan waktu itu ah! dan akhirnya di smanti gue masih menemukan ebet dan gue ceritain semunya kata ebet sms aja kata andre juga sapa tau bisa memperbiki hubungan dan gue sms dia akhirnya dan di bales walau cuman 2 kali yoweslah seengganya yah haha.<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "Arial","sans-serif";">pas hari itu gue bingung antara harus seneng ato nyesel tapi yah gtu lahhh haha mau di apain lagi coba heeeeeem, gue pengen bgt bisa ngobrol layaknya temen haha gue gapernah ngarepin lebih ko gue dan dia cuman temen dan hanya temen :P</span><br />
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal"><br />
</div>ghiejagoanbohlamhttp://www.blogger.com/profile/04562805456870412612noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3636902726311920647.post-30897747445895931402010-09-19T08:11:00.000-07:002010-09-19T08:16:50.623-07:00Gue Bukan Pendendam :')<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">mengingat masa lalu memang ga ada gunanya apalagi mengungik-ungkit masa lalu tapi ada satu masa lalu yang ga bisa gue terima gitu aja, sakit yang gue rasain mungkin sampai sekarang belum hilang, luka yang lo buat belum kering! tapi gue bukan menyimpan dendam sama lo ga sama sekali toh kita udah saling memaafkan satu sama lain gue udah maafin lo ko, tapi maaf maaf banget setiap atmosfer itu melintas di kepala gue, gue ngerasain sesuatu yang ngebuat gue pengen ngomong depan muka lo percis :</span><br />
<div style="text-align: center;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">"EH LO TAU GA? LO JAHAT SAMA GUA! LO GA TAU APA YANG GUA RASAIN KAN? ITU TEKANAN BATIN BUAT GUA! LO SELALU MERASA DIRI LO BENER! HEEEEEEEEEEEEEEEY, I HAVE MY OWN WAY! I KNOW WHAT I WANT! SEHARUSNYA LO GA USAH IKUT-IKUTAN! GUA MAU APA YANG GUA AMBIL LO HARGAI TOH INI GA ADA HUBUNGANNYA SAMA DIRI LO KO! GA ADA UNTUNGNYA! LO TAU DAMPAKNYA? HA? GUA YANG NGERASAIN SEMUANYA SEMUANYA! LO GA TAU BERAPA BANYAK AIR MATA SAAT ITU! ASAL LO TAU GUA NGERASA GUA CUMAN KUMA KECIL LO YANG HINA! DAN LO BOSS GUA YANG HARUS NURUTIN APA KATA LO! DAN LO HARUS TAU ITU F BANGEEEEEEEEEEEET!"</span></div><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, semuanya udah berlalu terlalu jauh sekarang tapi ada dampak yang paling sulit untuk gue maafin (tapi serius ko gue udah ikhlas) lo seakan udah ngancurin MIMPI gue MIMPI yang waktu itu cuman tinggal sedikit lagi gue capai MIMPI yang gue nantikan dari lama MIMPI hasil jerih payah gue MIMPI indah yang gue banyangkan tapi lo? lo ancuri gtu aja atas pemikiran lo yang lo anggap bener! LO JAHAT LO EGOIS waktu itu lo ga pernah liat dari sisi gue kan? lo selalu liat dari sisi lo dan dimana lo selalu bilang "i'm the right one!" <strike>suck</strike> jadi lo memang begitu indah apa yang lo mau lo dapetin gtu aja ga kaya gue apa yang gue mau harus gue perjungain sendiri dan gue beruntung jadi gue, gue tau apa arti usaha he'em ga pantes emng buat gue ngomong gini tapi luka itu belum kering sampe sekarang karena lo tau saat lo menghancurkan MIMPI gue disitu juga MIMPI gue seakan berakhir! berakhir! </span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">lo tau apa yang gue rasain pas lihat mereka? gue cuman bisa senyum diem dan mengkutuki diri gue! aagrhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh! sekali lagi gue ga dendam sama lo karena gue bukan pendendam, gue cuman pengen ngeluapin apa yang selama ini terus gue rasain luka itu belum kering, buddy :'/ maaf yaaaaaaaah gue ga marah sama lo ko tapi gue selalu sedih saat atmosfer itu kembali di kepala gue dan gue selalu menangisi itu :'(</span>ghiejagoanbohlamhttp://www.blogger.com/profile/04562805456870412612noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3636902726311920647.post-29224178000271266382010-09-19T07:36:00.000-07:002010-09-19T07:36:08.934-07:00GLEE !<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">2 hari terakhir liburan ini gue habiskan dengan menonton <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Glee_%28TV_series%29">Glee</a> season 1 haha ini serial TV emng udah lama banget haha dan gue baru tetarik nontonnya waktu hari kamis, 16 september 2010 -___________- pliiiiiis, gue jadul banget emng haha tapi mau apa dikata itu yang terjadi sama gue hah! ini pun gue mau nonton gara-gara gue lagi main di rumah temen gue si tika terus ga tau mau ngapain yaudah deh nonton di dvd lah kita tuh yah nontonya Glee dan dari tengah dari yang ballad dan gue tertarik untuk menontonya dan gue pun minjem tuh dvdnya dari awal haha dan DAMN! IT'S GREAT haha sukaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa :) pemainya ganteng-ganteng pula ada tuh Finn Hudson yang </span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">di peranin </span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">sama Cory Monteith uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu ganteng :3</span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQWRt4EZU_frIzBOvhgYFwcJqQqUw1cQpTC3-d5dD3O1o1hSmkiBniYwJxJclTZIefBYw4SS2UHvRzxjlad6Hh3HumhtUWZYvQXofvtcSrzPEK1EkRi6Y5IGoQexwMSwNK30zLzUSUm0U/s1600/cory-monteith+%281%29.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQWRt4EZU_frIzBOvhgYFwcJqQqUw1cQpTC3-d5dD3O1o1hSmkiBniYwJxJclTZIefBYw4SS2UHvRzxjlad6Hh3HumhtUWZYvQXofvtcSrzPEK1EkRi6Y5IGoQexwMSwNK30zLzUSUm0U/s320/cory-monteith+%281%29.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="color: #666666; text-align: center;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">finn hudson</span></td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br />
</td></tr>
</tbody></table><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">yayaya! dia pemeran utamanya dan ceritanya belibet banget haha badanya yaoi lah atletis u.u tapi di cerita ini dia bukan pemian basket (terrrrrrrruuuuuuus?) haha gue suka pas dia sama Glee club yang lai nyanyi lagu Its my life confession uuuuuu pretty cool :3 haha tapi pas nyanyi emng ganteng sih dia haha heeeemmmm tapi eh tapi eh tapi tetapi ada satu pemain yang emng ga banyak dapet bagian buat main karena mungkin sekenario buat dia dikit (dukun) tapi eh tapi lagi dia bikin mata gue terbelalak, Mike Chang yang di peranin sama <a href="http://www.gleekindonesia.com/2010/04/mengenal-lebih-dekat-harry-shum-jr.html">Harry Shum jr</a> kenapa eh kenapa karena dia sangat lah menawan dari sudut pandang gue haha yak! betul sekali! dia enceeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeek :) gmana gue ga menggila ngeliatnya u.u</span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZJ7JGe2kLVC6OXZxEWkFbPg-gbMUAOJumwyl7kGx-O1pS9Yr59A_y6u2ivkHJAFPKgAhRALdjbH67wpSSBsMyUSBz8wjrlcUf5JmBcqzqm2L9r1zUkoI_oWD6hb19l3zZ2ACp-tH2iw0/s320/harry_shum.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" /></td></tr>
<tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #666666;">Harry Shum jr</span></td></tr>
</tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZJ7JGe2kLVC6OXZxEWkFbPg-gbMUAOJumwyl7kGx-O1pS9Yr59A_y6u2ivkHJAFPKgAhRALdjbH67wpSSBsMyUSBz8wjrlcUf5JmBcqzqm2L9r1zUkoI_oWD6hb19l3zZ2ACp-tH2iw0/s1600/harry_shum.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span class="bio"><span style="color: red;">♥</span>.</span><span class="bio"><span style="color: red;">♥</span> sungguhku tergila-gila pada Harry Shum jr haha (L) encek ganteng, badan, bagus, jago ngedance uu (mengingatkan ku pada.......tapi dia ga encek haha)! kurang apa lagi coba ? hahahahahahahahah :D:D Harry Shum juga main di S</span><span class="fullpost">tomp The Yard, You Got Served, dan Step Up wah gue harus cari dvdnya wajiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiib! haha padahal di Glee dia jarang ambil peran tapi tetep we nyangkut di mata gue haha kapan sih gue ga engeuh kalo ada encek gantang? HAHAdi pensi ReginaPacis aja nemu -__________________- (oh puhleeeeeees ghie) HAHA suka Harry Shum jr </span><span class="bio"><span style="color: red;">♥</span> uuuuuuuu</span></div><span class="bio" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">heeeem, gue tau Glee awlanya dari tv sama majalah sam dari temen-temen bangsa-bangsa si uji puput sama michiko inget bgt gue waktu itu masih kelas 10 mereka ngomonginnya di depan lapangan bultang Vildut dan gue cuman manggut-manggut karena ga ngerti haha dan lagu yang gue tau waktu itu cuman Poker Face dan itu keren parah uuuuuuuuu haha ceritanya baguuuuuuuuuuuuuus banget gue paling benci sama ms.sue itu ngengengen bangeeeeet! haha si mr.shue hebaaaaaat haha pokonya mah yah <i><b style="color: black;">Glee The Best (y)</b></i></span><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQqMwXSWgOG7cMbSbEiD0lDjJvEyjO4-Y4EYS6BN3rDHkislDRtcVtDr74CMpPVCZtXwPqg0qLT_0SRWab79kiGaMZeYFBA5GLYfng9ySoqLjl7veJMoRWzmGm0xqNR19M1bWTQR_uRQY/s1600/GLEE_Wallpaper_by_RandomPandemonium.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQqMwXSWgOG7cMbSbEiD0lDjJvEyjO4-Y4EYS6BN3rDHkislDRtcVtDr74CMpPVCZtXwPqg0qLT_0SRWab79kiGaMZeYFBA5GLYfng9ySoqLjl7veJMoRWzmGm0xqNR19M1bWTQR_uRQY/s320/GLEE_Wallpaper_by_RandomPandemonium.jpg" /></a></td></tr>
<tr style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Glee</td></tr>
</tbody></table><span class="bio" style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><i><b style="color: black;"> </b></i></span><span class="bio"> </span>ghiejagoanbohlamhttp://www.blogger.com/profile/04562805456870412612noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3636902726311920647.post-33478905868821552612010-09-16T07:06:00.001-07:002010-11-13T04:47:54.927-08:00My beloved ORANYE :')<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">I do love <span style="color: #e69138;">ORANYEEEEEEEEEEEEEE</span> ! oranye itu panggilan sayang gur buat Basket :) Basket udah jadi bagian dari gue, basket banyak ngasih gue pelajaran pengalaman dan teman, basket bisa bikin lupa semua maslah gue! tapi yah gini nasib gue selalu bentrok sama orang di rumah gue yang ga ngebolehin gue basket lagi gara-gara (mungkin) gue pernah ampir mati gara-gara basket -______-</span> <span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">dan mereka ngelarang gue basket lagi! kenapa yah karena takut gue sakit lagi kali, iya badan gue ga sakit tapi ? batin gue yang sakit kalo gue ga basket lagi! di basket gue nemuin baaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanyak temen-temen yang ga bisa gtu aja gue lupain, mereka orang yang salalu ngertiin gue yang pokonya segalanya deh! dream team, SMP4 team, popwil, smanti team pokonya semuanya yang bisa bikin gue ketawa tiap di lapangan pas jalan bareng aaaaaaaaaaaaaaaah sayang banget sama kalian!</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">gue gamau ningalin basket gue! kalo tetep di paksa gue ga boleh basket yah siap-siap aja ngeliat gue nangis tiap hari makin kurus HA HA HA HA HA HA!</span> <span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">basket SMANTI ga akan separah pas di SMP 4 ko, dan sekarang gue udah lumyan ge<span style="color: #e69138;">de jadi tau apa yang lebih prioritas!</span> pokonya <span style="color: orange;">ORANYEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE</span> :*:*</span>ghiejagoanbohlamhttp://www.blogger.com/profile/04562805456870412612noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3636902726311920647.post-43853411159010079112010-09-14T06:55:00.000-07:002010-09-14T07:00:49.993-07:00<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Membuat sebuah karangan cerita buat gue kaya menjadikan diri kita sebagai peran utama dan mempunyai alur cerita yang kita pengenin, karena di dalem cerita kita bisa melakukan apa aja yang kita mau mulai dari jadi siapa sampai menjadi apa kita haha semuanya semau kita apapun yang kita mau bisa tercapai di dalam sebuah cerita, tapi kadang cerita yang gur buat suka L banget (baca : Lebay Banget ngetz) haha kata si isun sih gue korban sinetron tapi yah mau gimana lagi kayanya kalo cerpen atau cerita ga lebay kayanya ga dapet feelnya haha mungkin kalo orang yang udah jago yah bukan maslahlah hem tapi gue? masih pemula yang cupski dongski abis haha tapi yang buat siapa aja , keep writing </span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">guys s<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">apa tau suatu hari nanti bisa jadi penulis. AMIN :)</span></span>ghiejagoanbohlamhttp://www.blogger.com/profile/04562805456870412612noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3636902726311920647.post-70370869705257233532010-09-14T06:22:00.000-07:002010-09-14T06:35:43.782-07:00Short Story - Winda's Story Part #1<meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAxioo%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAxioo%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CAxioo%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:35.4pt;
mso-footer-margin:35.4pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Win, mau ikut ga lo ngejenguk Christine ?” ajak salah sorang anak SMA di kelas itu</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“ HA ? ngga tau deh Vir” jawabku malas</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Heeem, oke it’s up to you deh Win, yaudah cabs ya gue sama anak-anak” ucap Vira sembari berjalan keluar kelas</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oke deh, ati-ati di jalan lo” ucapku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Sip deh” jawab Vira sambil mengajungkan jempolnya ke arahku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">Dan aku pun mulai duduk termenung di kelas yang sudah tidak tampak seorang pun selain aku, pikiranku pun melayang jauh aku mulai bertanya pada diriku sendiri ‘halooooooooooo Winda kenapa lo ga jenguk Christine ? lo kangen kan sama dia? Ayo dong Win lo jenguk sahabat lo, dia lagi skit hey? Mana arti sahabat yang lo bilang waktu itu ha? Bullshit gila lo Win’ kata-kata itu seakan mendesakku dan terus menghantui aku ah tapi kalau aku ingat apa yang di lakukan Christine kepadaku hem ntah lahh yang pasti aku benci Christine! Tapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…… ‘Alah Win, udah lah mending lo pulang aja tidur dari pada lo diem disini gajelas!’ pikirku saat itu dan aku pun melangkahkan kakiku ke gerbang sekolah tampak seorang lelaki mendekatiku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Hey Win, ko kamu baru keluar kelas? tadi aku liat temen-temen kelas kamu udah pulang dari tadi” Tanyanya padaku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oh gapapa ko tadi aku ada sedikit tugas yang harus aku selesain tadi Xav” jawabku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oh gtu, yaudah yuk aku anter pulang, aku kangen nih sama kamu hehe” ucapnya. Aku pun tersenyum dan segera masuk ke dalam mobil tapi ada sedikit perasaan heran dalam hatiku tumben-tumbennya dia mengantarkan aku pulang</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Xav?” panggilku pelan</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Yap!” jawabnya singkat</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Tumben kamu nganter aku pulang, ada angin apa nih?” Tanya ku heran</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ada angin puting beliung haha yaampun Win salah yah aku nganter pulang pacar aku? Kamu ini ada-ada aja yah ckckck” ucapnya sambil mengacak-ngacak rambutku. Iya sih Xaverius emang pacarku dan kami sudah pacaran dari lama tapi akhir-akhir ini dia jarang banget nganter aku, apa mungkin dia emang kangen yah sama aku? Heem pastinya hari ini aku seneng dia udah perhatian lagi sama aku, ga kaya waktu itu cuek banget.</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Win, kamu ga buru-buru mau pulang kan? Kita main dulu yuk? Udah lama aku ga main sama kamu hihi” ajak Xaverius kepada ku. Tanpa pikir panjang aku pun langsung menganggukan kepalaku lalu berkata, “Ayooooooooooooo” “Sip deh tuan putri hehe” ucapnya. Dan kami pun langsung menuju pusat perbelanjaan di daerah pusat kota.</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">***</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">‘toktoktoktoooooook’ terdengar suara kamar pasien dimana Christine di rawat, diketuk oleh seseorang dari luar, tampak seorang wanita paruh baya mendekati pintu itu lalu membukanya,</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Sore, tanteeeeee” sapa beberapa anak SMA</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Eh, kalian ayo masuk-masuk” ajaknya. Dan mereka pun langsung masuk ke dalam kamar pasien tersebut, tampak seorang gadis cantik berkulit putih dengan rambut hitam bergelombang sedang terbaring di atas tempat tidur</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Hey, kalian! Ih repot-repot segala datang kesini” ucap Christine lembut</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ah apanya yang repot sih, santai aja kali kita kan seneng kesini ketemu cewe cantik haha” canda salah seorang anak laki-laki dari meraka, dan di sambut senyuman manis dari Christine</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Dasar Martin, hidup lu emang penuh dengan gomabalan yah najis tau ga?” ujar Fahmi teman dekatnya</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Eh, sorry-sorry! Gue ga maksud ngambil mantan lu ko Mi, sloooooow. Tapi kalo neng cantik ini kepincut sama aa jangan salahin gue Mi, pesona Martin memang tiada tandingannya” ucapnya membanggakan dirinya sambil mengedipkan matanya kearah Christine. Fahmi memang mantan pacar Christine walau mereka sudah lama putus pertemanan meraka masih sangat erat.</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Sumpah yah, lu ke-pe-de-an banget” ucap Fahmi kesal</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Bo-do! HAHAHAHAHAHAHA” balas martin tertawa puas</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“SUUUUUUUT EH! Lu semua tau ga kita lagi di rumah sakit jangan pada berisik dong kasian Christine keberisikan ngedengerin lu berdua debat ga jelas gini ckckck” ujar Rianda</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Haha, gapapa ko nda, aku seneng ko rame kaya gini jadi seru ga sepi mulu” ucap Christine membela Fahmi dan Martin</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“HAHA makanya jangan kaya dukun lo, so paling bener deh lo ah Christineya aja seneng wo haha” cerca Martin yang di sambut wajah murka dari Rianda, melihat perubahan raut wajah Rianda, Martin pun langsung meminta ampun kepada Rianda sambil berlindung di belakang badan Fahmi “Wes ampun Bos! Santai mukanya santai” melihat tingkah temannya itu, Christine dan teman-teman lainnya pun lansung tertawa geli. Mereka pun larut dalam pembicaraan dan canda tawa menghiasi kamar ini, namun muka Christine pun langsung berubah setelah menyadari salah satu teman sekelasnya yang juga sahabat dekatnya tidak ada di ruangan ini,</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Mi, Winda mana?” Tanya Christine dengan tatapaannya keseluruh penjuru ruangan layaknya mencari orang dan suasana pun menjadi hening</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Winda, Chris?” Tanya Fahmi yang pura-pura bingung</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya Winda, kemana dia? Ko ga ada? Kenapa dia ga bareng kalian? Dia ga sekolah? Apa dia masih marah sama aku? Dia masih ga mau ketemu sama aku Mi? Iya?” Fahmi pun bibanjiri pertanyaan dari Christine</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Heeeeeeeeeeeeeeemmmmmm” gumam Fahmi tak menjawab dia bingung harus menjawab apa, ingin ia jujur kepada Christine tapi dia tau itu akan sangat menyakikan untuk Christine apabila dia jawab Winda masih marah kepada Christine</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oh Winda? Katanya dia besok dia kesini ko Chris, katanya hari ini dia ada urusan clubnya buat kejuaraan” jawab Vira memecahkan keheningan</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oh, padahal aku pengen banget ketemu Winda, dia udah lama ga menemui aku kangen banget rasanya hem dia sibuk banget yah buat kejuaraan, sampe-sampe ga ngejenguk aku tapi gapapa deh ini kan buat kebaikan Winda juga, aku ga boleh egois juga kan yah? Masa sahabatnya mau menghadapi kejuaraan yang penting banget aku malah minta dia datang kesini, ya kan Mi?” tanyanya kepada Fahmi degan nada ceria namun jelas sekali raut wajah kecewa tergambar di wajah manisnya</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Hem iya Chris” jawab Fahmi singkat padahal dalam hatinya berkata ‘ Chris, kamu tuh ga egois yang egois tuh winda, asal kamu tau Chris kejuaraan itu udah seleasai dari beberapa minggu yang lalu tapi kita nutupin ini semua Chris kita ga mau kamu kecewa karena keegoisan winda’ Fahmi pun senyum kearah Christine ia sangat bangga dengan temannya ini yang selalu ber positive thinking, padahal Fahmi sangat tau apa yang diucapkan Vira itu bohong</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Eh Chris, kita ntar malem mau ke rumahnya Winda loh, ya ga Mi?” ucap Martin sambil menyenggol tangan Fahmi membuyarkan lamunan Fahmi</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Eh iya Chris, mau titip salam?” Tanya Fahmi sedikit kaget</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oh, gitu! Bilangin aja ke Winda aku kangeeeeeeeen banget sama dia” jawab Christine</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“OK DEH BOS ! ahaha” ucap Martin seperti para ajudan saat upacara</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Thankyou yah” ucap Christine</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Your Welcome, Cantik . Hem, udah gelap nih Chris kayanya kita harus pulang deh, gapapa kan Chris?” ucap Martin sambil melihat kearah jendela</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya lah gapapa ko Martin, makasih loh semuanya udah mau jenguk aku. Seneng deh ada kalian disini” ucap Christine senang</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Sama-sama Chris, cepet sembuh yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah” ucap teman-teman yang lain</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oke, ati-ati yah semuanya oh yah, Fahmi sama Martin jangan lupa titipan aku yah?” ucap Christine mengingatkan</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Sip bu komandan” jawab Martin</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Kita pulang dulu yah Chris” ucap Fahmi lembut kepada Christine dan dibalas senyuman manis darinya.</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">***</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Tuan putri, akhirnya kita sampai di kediaman tuan putri” ucap Xaverius kepada Winda saat membukakan pintu mobil</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Apa deh kamu Xav, tuan putri tuan putrian?” protesku saat keluar dari mobil</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Emang kenapa sih Win, kamu mau di panggil apa emangnya?” Tanya Xaverius</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Winda aja lah Xav” jawabku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ah, gamau aku panggil kamuuuu….hem! sipit ah! Sipit! Sipit! hehe” ledek Xaverius</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oh, ngajak ribut yah ini anak, dasar genduuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut!” balas aku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ih buta yah? Emang aku gendut?” Tanya Xaverius heran sambil melihat kearah perutnya</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Itu pipi kaya bapau juga wooo” ledekku sambil mencubbit pipi Xaverius, “AWWWWWWWW, Awas yah kamu pit! Sipit!” teriaknya, dan kami pun berkejar-kajaran mengitari mobil Xaverius, sampai beberapa saat kami terhenti didepan mobil, kami saling menatap satu sama lain kami terdiam tidak ada satu patah pun keluar dari bibirku maupun Xaverius, lalu Xaverius memberikan kecupaan hangat di dahiku, aku pun tersipu malu dan mukaku pun merona merah, kami terdiam saling berpandangan, lalu aku pun berjalan membuka gerbang rumahku diikuti oleh Xaverius tidak ada satu kata pun yang terucap dari kedua bibir kami, aku heran ini bukan kali pertamanya Xaverius mencium dahiku tapi kenapa sekarang seperti ada yang salah. Di depan gerbang rumahku, kami kembali berpandangan dan aku pun tertawa kecil memecah keheningan ini, diikuti Xaverius yang ikut tertawa</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“hahahahahahaha, Dasar endut” ucapku lembut</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Dasar sipit hahahaha” ucapnya yang masih memandangiku, “Aku pulang dulu yah udah malem banget” ucapnya kembali yang tetap memandangiku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oke, Xav! Hati-hati yah?” ucapku sambil beranjak ke dalam rumah</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya Win, Eh……..win” tiba-tiba Xave memanggilku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ya? Apa Xav?” tanyaku heran, ga seperti biasannya kita canggung kaya gini</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Gapapa ko, aku pulang yah?”</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya, Xav! Makasih yah buat hari ini I Do Love You” ucap dan lalu memeluk badan atletis Xaverius</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya windaaaaa, Love you too” ucapnya pelan seakan ucapan itu hanya berasal dari mulutnya bukan hatinya, ‘apa yang sebenarnya terjadi sama Xave yah?’ Batinku pun bertanya “Aku pulang dulu yah Win, hoffentlich ein schöner Traum, Gute Nacht” ucap Xaverius memasuki mobilnya</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Gute Nacht, Xav!” ucapku sambil melambaikan tanggan ke arahnya, mobil Xaverius pun melaju dengan cepat, aku pun memasuki rumah ku saat aku masuk rumah sangat sepi mungkin si Mbok udah tidur, rumahku sepi seperti biasa hem Ayah dan Ibuku jarang sekali pulang ke rumah karena mereka bekerja di luar negeri, dan aku pun Anak tunggal yang selalu sendiri di rumah dulu sebelum terjadi ‘peristiwa’ itu Christine sering sekali main ke rumahku tapi sekarang semuanya berubah, paling dua curut yang ada, si Fahmi sama Martin. Aku pun melangkahkan kakiku ke lantai atas, saat aku membuka pintu kamarku,</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah, itu tipis banget ADUH” Teriak dua lelaki yang tidak asing lagi untukku yang sedang serius melihat pertandingan bola</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Eh ini dua curut ciampelas! Sopan banget lu berdua masuk kamar gue ga izin dulu” bentakku sambil melemparkan mereka bantal kecil yang ada di depan ku kearah mereka</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Eh, yang punya rumah dateng, kita udah minta izin ko sama si Mbok abis lama nunggu lu, lama bener dah! Dari mana aja lo ha?” ucap Martin yang matanya tetap tertuju kepada layar tv</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Eh terserah gue dong gue mau kemana aja hem si Mbok parah banget deh ini ah! Mboooooooooooooooooooooooooooooooooooooooook” teriakku memanggil si Mbok</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“EH CURUT! Daripada lu teriak-teriak manggil si Mbok mending lu nonton ni pertandingan Argentina men men lawan Jerman nih, kita kan janji mau NoBar Nonton Bareng- Nonton Bareng! Terus kita taruhan kan gue megang Argentina lu megang Jerman yang kalah nraktir yang menang, inget kan lu? Jangan belaga amnesia deh” ucap Martin mengingatkan ku pada rencana kami tadi siang di kantin sekolah aku pun langsung melihat kearah tv di kamarku tampak kedua tim sedang berebut bola</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oh iyah! MasyaAllah gue lupa hari ini Jerman vs Argentina! Awas-awas gue mau nonton juga woy” ucapku sedikit berteriak dan duduk diantara Martin dan Fahmi “Haduh, ko gue sampe lupa gini aduuuh, ayo dong my Poldi ayoooooooooooooo!” ucapku bersemangat menonton tim pujaanku bermain. Aku, Martin dan Fahmi pun terpaku di depan tv melihat pertandingan tersebut, namun tampaknya Fahmi terpaku di depan tv bukan karena serius melihat pertandingan yang berlangsung tapi ada sesuatu yang ia tutupi namun aku tak peduli aku kembali menoton pertandingan tersebut dan tak lama setelah itu Gol indah dari Thomas Müller pemain dari Jerman membuatku berteriak, “Gooooooooooooooooooool ! oh oh My! Keren banget ah ah! Mana tuh Argentina cupski! haha” ejek ku kepada Martin</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ah HOKI ! Liat aja ntar looooo! Ayo dong Messi !” bela Martin yang menyemangati pemain favoritnya</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ah cupski Argentina mah Tin! Ya ga, Mi?” tanyaku kepada Fahmi yang sedari tadi tidak ikut ngobrol dengan kami berdua “Mi?Hell-oooooooooo?” ucapku menyadarkan Fahmi dari lamunannya</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Eh apa Win, iya haha Argentina mah apa tuh cupu iya cupu” ucapnya yang baru saja tersadar dari lamunannya</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Lu, kenapa Mi woy? Tin, kenapa dia heh?” Tanya ku heran</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Paling kurang obat Win, udah diemin aja ah gue lagi gahar nih ah” jawab Martin asal</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Mi, are you okay?” Tanya ku lagi</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Hem yeah yeah gue baik baik aja ko, hem Win gue pengen ngomong nih sama lu!” pinta Fahmi</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Bagus deh kalo baik, mau ngomong apa sih? Ngomong aja lagi aneh deh lo ah mau ngomongin kapan gue nikah sama podolski? Ntar gue undang ko lu semua” jawabku bercanda dan mataku tetap tertuju pada tv, dan sebuah bantal kecil dari tangan Martin mendarat di kepalaku, akibat jawabanku itu “Aduh, biasa dong bos” ucapku kepada Martin</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Tapi ini serius Win, gue ga bercanda!” ucap Fahmi serius</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oke, apaan emangnya ?” Tanyaku kepada Fahmi, namun mataku masih tertuju pada tv yang sedari tadi mempertunjukan permainan cantik para pemain bola itu.</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Yaaa, tapi lu bisa ngeliat ke gue kan ngomongnya Win?” pinta Fahmi sedikit kesal</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oke apa? “ akhirnya aku pun memperhatikan Fahmi walau sedikit melirik ke layar tv</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Hem gini Win, gue nerasa kalo lu tuh………..” Belum Fahmi menyelesaikan ucapannya Martin berteriak “GOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOL !!! Argentina wuhu!” aku pun langsung melihat ke layar tv baru saja pemain dari Argentina memasukan bola ke gawang Jerman wah 1-1 nih namun Gol itu tidak sah karena offside “HAHAHAHAHA OFFSIDE TIN OFFSIDE !” ejekku ke Martin, Martin pun tampak kecewa “Ah liat aja ntar pasti gol deh Argentina !” balas Martin. Aku pen teringat dengan pembicaraanku dengan Fahmi, “Eh sorry mi, tadi kenapa?” Tanyaku “Hem, ntar aja deh ngomongnya abis lu nonton bola aja, daripada kepotong-potong” jawab Fahmi. Aku pun mersa tidak enak dengannya, “Eh sorry, Mi jadi ga enak gue ni ah, abis ini beres kita langsung lanjutin deh obrolan tadi dan gue janji pasrti merhatiin lu, gue gamau ketinggalan ini pertandingan Mi soalnya, maaf yah? Tapi gue janji ko kalo udah beres, Mi! oke oke ?” ucapku panjang lebar “Iya gapapa ko tapi nanti gue tunggu lu yah Win?” pinta Fahmi, aku pun menganggukan kepalaku yang tetap tertuju pada layar tv di depanku. Aku sangat menikmati pertandingan yang berlangsung saat itu dan akhirnya pertandingan itu di menangkan oleh Jerman dengan skor 4-0 dan aku pun bersorak gembira,</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“YEEEEEEEEEEAH Jerman Ye Jerman ! haha mana tuh Argentina Tin mana? CUPSKI CUPSKI woooo! Asiiiiiiiiiiiiiiiik gue kenyang gue kenyang ah ahahahaha” Ejekku kepada Martin</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Eh itu sebenernya Argentina tuh jago tapi yah cuman lagi ga hoki aja Jerman tuh yah………….” Belum Martin menyelesaikan kalimatnya sebuah bantal menghantam kepalanya ’BRUUUUUUUUUUUK’</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Udah deh lu yah gausah banyak omong alesan lu tuh yah malesin banget tau ga? Mendingan besok tuh traktir gue ahahahahaha” ucapku setelah melemparkan bantal ke Martin</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya iya dasar lu maunya gratis aja, gue sih yah emang baik sih jadi lu mau di traktir apa ha? Traktir apa?” tantang Martin</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Hem iya deh apa kata lu aja deh ah! Gue mau apa aja yang enak, eh! Si Fahmi mana? Ko ngilang?” tanyaku yang menyadari Fahmi yang menghilang dari kamarku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Lah? Di ke balkon tuh ga liat lu? Gatau deh kenapa aneh emang tuh curut” jawab Martin</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oooooooooooooooooh” ucapku sembari berjalan kea rah balkon, aku melihat Fahmi yang sedang menatap ke arah jalanan depan rumahku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Eh Mi, ada apa? Sorry yah tadi gue nonton bola dulu hehe maaf?” rajukku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“iya gapapa ko heeem” jawabnya sambil tersenyum hambar</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oke jadi mau ngomong apa Mi?? langsung aja” ucapku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“hem, to the point aja yah? Lu kenapa tadi ga jenguk Christine? Lu masih marah sama dia? Lu benci sama dia? Atau ap Win, kita semua lu buat dosa, kita selalu nutup-nutupin apa yang terjadi di depan Christine? Kenapa sih lu ga maafin Christine? Sesulit itu Win? Iya? Dia sahabat lu Win!” ucap Fahmi seperti peluru perang yang tiada habisnya menembaki musuh, tak ada sedikit pun cela untukku membela diri</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Udah Mi? gue boleh jawab sekarang” ucapku saat Fahmi berhenti berbicara, Fahmi pun megulurkan tangannya memberikan isyarat untuk aku menjawab “Gini, lu ga akan pernah tau apa yang terjadi Mi ini semua susah buat gue jelasin di udah bikin gue bener-bener kecewa Mi kecewa banget dan satu lagi gue ga pernah minta lu dan anak-anak buat nutupin semua ini kan? Mau lu bilang yang sebenernya ke Christine it’s okay gue ga masalah ko lu mau bilang gue BEN-CI sama dia silahkan! silahkan” ucapku panjang lebar berusaha memberikan penjelaskan kepada Fahmi</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Apa sih yang susah Win, apa? Xave kan gue tau emang semua ini gara-gara Xave kan?! Xaverius yak an? Iya? Lu gila apa kita bilangin semua yang sebenernya terjadi? Dia lagi sakit sakit keras lu mau dia kenapa-kenapa lu gila yah? Dia tuh terlaru rapuh tau lu? Lu jahat banget! Ga nyangka gue sama lu, lu bisa kaya gini sama Christine” ucap Fahmi mulai dengan nada marah</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“EH lu jangan so tau bisa ga ha? Oke mingkin ini emang sedikit banyak tenang Xave tapi ga kaya yang lu pikirin Mi bukan! Eh asal lu tau yang jahat tuh dia bukan gue, alah lu ngomong gini karena lu masih ada hati kan sama Christine kan? Sayang kan lu sama dia kan?” ucap Winda dengan nada meninggi</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Apapun deh terserah lu mau ngomong apa yang pasti yang perlu lu tau dia ga pernah mikir jahat sama lu, di kangen sama lu! Kangen! Gue tau lu juga kan kan? Jawab Win!” Tanya Fahmi kesal aku diam aku tidak bisa menjawab jujur aku kangen banget sama Christine aku sayang sama sahabat aku itu tapi perasaan kecewa itu terlalu dalam untukku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Bener loh Win dia kangen sama lu sampe dia nitip salam katanya salam cinta eh kangen!” ucap Martin yang ternyata sedari tadi menguping pembicaraan Aku dan Fahmi, setidaknya dia memcahkan suasana tegang diantara Aku dan Fahmi</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya Win dia kangen sama lu gue ga bohong Win. Kayanya dia pengen banget ketemu sama lu, lu jenguk lah Win” ucap Fahmi tenang</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya, Win lu banyangin kalo hari ini ternyata hari terakhir buat Christine terus dia menginggal terus hantunya ngegentayangi elu tiap malem sambil bilang ‘ Windaaaaaaaaaa, Windaaaaaaa! Kenpa lu ga jenguk gue pas gue sakit? Kenpa win kenapa?’ hahhahahahyoooloh Win” ucap Martin menakut-nakuti Winda sambil mengelilingi Winda yang berdiri terdiam</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Apaan sih lu Mi ga lucu tau ga? Iya iya ntar gue pasti jenguk dia! Puas lu? Udah deh lu pulang sana pulang! Moodbreaker lu semua emang ah sana pulang lu semua” usirku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ih ngusir bimbang tuh takut tuh sma yang tadi gue omongin tuh” kata Martin</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Eh bacot amat pulang lu semua sekarang!” bentakku</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya kita pulang, tapi lu Jenguk yah Win?” bujuk Fahmi</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya Fahmi iya! Sana pulang lu berdua huuuuuuuuuuuuuuuuuuuush hush!” usirku lagi kepada mereka dan mereka pun beranjak keluar dari rumahku. Hari sudah larut, aku terdiam termenung memikirkan ucapan kedua temanku yang terus menghantui pikiranku ingin sekali aku menjenguk Christine tapi ‘peristiwa’ waktu itu sulit untuk aku maafkan, tapi seharusnya aku tidak boleh egois aku harus memaafkan Christine Allah aja mau memaafkan umatnya masa aku ngga. Dan akhirnya aku pun melangkahkan kaki ku ke kamar mandi untuk membersihkan badanku dan mengganti bajuku lalu langsung bergegas meemasuki mobil dan segera mengendarinya menuju rumah sakit.</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">***</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">Laki-laki itu terdiam tertunduk dalam kesunyian tampak tangannya mengemgam erat tangan gadis cantik yang sedang terbaring lemah di atas kasur ruang inap rumah sakit, air matanya tak terbendung lagi air matanya kini membanjiri tangan mereka, lelaki itu mengankat wajahnya dan menyiapkan tenaga untuk mengucapkan sesuatu yang tampak tertahan sedari tadi,</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Kamu cepet sembuh ya? Aku ga kuat ngeliat kamu kaya gini” ucap lelaki itu di sela-sela tangisnya</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya, kamu doain aja yah? Kamu jangan nangis gitu! Aku bukan cewe lemah yang harus ditangisin” ucap gadis itu lembut</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iyaaaaaaaaaa, aku ga nangis lagi ko! Aku bakal ngelakuin apa aja buat kamu. Asal kamu sembuh” ucap lelaki itu sambil menyeka air matanya. Gadis itu pun tersenyum dan lalu berkata,</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Makasih yah, oh yah kamu gimana sama Winda?” Tanya gadis itu tentang sahabatnya kepada lelaki itu</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oh Winda, tadi aku jalan sama dia Chris, sesuai permintaan kamu aku bakal bahagiain dia cuman buat kamu Chris, aku janji sama kamu Christine” ujarnya pelan</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Xav, yang aku mau kamu mencintai Winda bukan buat aku tapi dari hati kamu Xav, aku tau kamu bisa buat mencintai dia sepenuh hati kamu bukan karena aku” ucap gadis yang bernama Christine itu kepada lelaki yang bernama Xaverius yang sedari tadi terus menatap wajah ayunya</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Tapi Chris kamu satu-satunya orang yang aku sayang aku ga bisa berpaling dari kamu Chris, aku tau cinta kita emang ga bakal bersatu tapi kita saling menyayangi kan Chris ya kan ? Chris aku sayang kamu, aku tau kamu juga sayang sama aku kan?” Argumen dari mulut Xaverius mengalir tanpa henti</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya, Xav. Aku memang sayang sama kamu sayang banget tapi rasa sayang aku sama kamu hanya sebatas sahabat aja Xav, Winda lebih pantes buat kamu dibanding aku Xav, aku tau kamu mulai menyayangi dia kan Xav” ucap Christine dengan argumennya </div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Mungkin Chris tadi malam memang ada rasa yang beda, tapi tetep aja rasa sayang aku cuman buat kamu Chris, buat kamu buat kamu! Aku sayang kamu, aku mau jadi orang yang bisa ngejagain kau setiap saat tanpa harus jadi pacar orang lain! Pas kamu sembuh kita jelasin semua ini ke Winda, aku sayang kamu Chris” jelasnya kepada Christine, tanpa mereka sadari ternyata sedari tadi aku berdiri di dekat pintu kamar tersebut dan mendengar semua perbincangan mereka, keranjang buah yang ku bawa tanpa tersadar jatuh begitu saja dari gengamanku dan menyadarkan Christine dan Xaverius atas kehadiran aku,</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ga usah lu berdua jelasin semuanya ke gue, gue udah denger bahkan liat apa yang lu berdua lakuin ke gue, ga yangka gue Xav tadi siang lu ngajak jalan dan bermanis-manis ria sama gue ternyata suruhan gadis pujaan hati lu yah? HAHA gue bego aja yah mau dikadalin lu berdua” ucapku marah</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Win ini ga kaya lu pikirin gue sayang sama lu win” bela Xaverius</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ha, iya lu sayang sama gue tapi lu lebih sayang sama dia kan? Gue ga butuh ! Dan elo Chris” ucapnya sambil menunjuk ke arah Christine “Makasih atas belas kasihan lu ke gue! Satu hal yang perlu lu tau gue ga butuh belas kasihan lu supaya Xave mau jadi cowo gue, dan makasih udah mau jadi sahabat gue! Gue benci lu! Gue ga mau ngeliat muka lu berdua lagi!” ucapku geram</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Win, maafin gue Win gue tau gue salah tapi tolong win maafin gue” ucap Christine pelan, ia tak kuat menahan tangisnya</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Maaf??? Inget yah Chris GUE GA AKAN MAAFIN LU SAMPAI KAPANPUN !” bentakku sambil berlari keluar ruangan itu, Xave berusaha mengejarku sambil terus memanggil nama ku, aku terus berlari tanpa melihat ke arah Xaverius aku benar-benar muak dengannya dan juga Christine, namun di depan pintu rumah skit Xaverius berhasil meraih tanganku,</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Win, plis dengerin gue dulu Win plis” langkahku pun terhenti dan memalingkan wajahku kearah Xaverius</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ga perlu Xav ga perlu! Gue udah liat semuanya pake mata kepala gue sendiri, mending lu balik lagi ke sana jagain tuh pujaan hati lo yah ! gue mau pulang!” ucapku sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Xaverius, Xaverius pun melepaskan genggamannya kemudian terdiam dan aku kembali berlari menuju mobilku kini Xaverius tidak mengejarku kembali ntah apa yang membutanya berhenti mengejarku. Di dalam mobil aku terdiam sejenak air benih dimataku tumpah ruah takterbendung hatiku sakit pedih atas semua kejadian ini, lalu aku pun melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi ingin secepatnya aku meninggalkan tempat ini.</div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">***</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Tin, ko perasaan gue gaenak yah?” ucap Fahmi heran</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Gaenak gimana sih Mi? Pasti lu belum makan jadi gaenak yah? Emang nih si Winda kacrut ga ngasih kita makan tadi haduuuuh” jawab Martin</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Bukan lah Tin, ini beda kenapa yah?” Tanya Fahmi kembali dengan pertanyaan yang sama</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ah gausah dipikirin Mi, mending Tidur aja deh. Besok biar seger kita main basket tingting haha” ucap Martin memberikan saran</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oh iya betul banget! Lah elu ngapain masih disini pulang sana lu!” ucap Fahmi yang menyadari temannya masih berada di rumahnya</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Yah, Mi tega bener lu udah malem nih, gue nginep yah dirumah lu yak? Takut gue, Mi udah gelap banget ini Mi” pinta Martin memelas</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Heeeeeem, yaudah yaudah deh tapi inget lu jangan ngorok gue ga bisa tidur ntar Tin!” jawab Fahmi memberikan syarat kepada Martin dan di sambut anggukan cepat dari Martin</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">***</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">Sesampainya di rumah, aku langsung melangkahkan kaki ku ke kamarku di atas tempat tidurku aku tumpahkan semua air mata yang memang sedari tadi sudah megalir deras. Hatiku hancur melihat kejadiaan tadi, aku sudah bermaksud baik untuk mengeyampingkan egoku dan melupakan semuany tapi ini balasannya ini aku melihatnya di depan mataku percis di depan mataku! Aku benci mereka berdua mereka jahat! Air mataku terus mengalir deras dari mataku tiba-tiba Handphoneku berdering sebuah panggilan dari Xave terlihat di layar Handphoneku tanpa pikir panjang panggilan itu langsung aku reject dan aku pun me-nonaktifkan Handphoneku aku malas kalau aku harus mengangkan telepon itu, tanpa tersadar aku pun tertidur dengan pulas.</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">Sekitar pukul 5 subuh, pintu kamarku terdengar diketuk seseorang aku pun terbangun dengan malasnya ku membuka kamar tidurku terlihat si Mbok sedang menenteng tas besar yang biasa ia gunakan saat akan pulang kampung,</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Eh si Mbok ada apa ini ngetok kamar aku subuh-subuh” ucapku yang masih mengantuk</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Ini non, maaf saya jadi ganggu non tidur, tadi malem saya dapet telepon dari orang di kampong katanya anak mbok di kampong lagi sakit”</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“oh jadi si Mbok mau pulang, yaudah atuh gapapa pulang aja, ati-ati yah mbok, cepet sembuh yah anaknya mbok”</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya non, makasih yah” ucap si Mbok , aku pun mengantarkan si mbok ke pintu depan rumah, si mbok pun berlalu, aku kembali ke dalam rumah dan kembali melanjutkan tidurku yang tertunda.</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">***</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">‘Maaf nomer yang anda hubungi sedang tidak akif……..’ suara itu terdengar di Handphone Xaverius, ia sudah berulang kali menelepon orang yang dia tuju tapi selalu suara itu yang ia dengar, karena kesal ia pun memasukan Handphonenya kedalam saku celananya namun mukanya tetap tidak tenang malah semakin panik ia berjalan mondar-mandir tanpa tujuan mlihat kalakuan temannya itu Fahmi pun menghampirinya,</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Xav, lu tenang dulu deh, santai dulu santai” ucap Fahmi mencoba menenangkan Xave</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Mi, gue ga bisa tenang, dari tadi Handphonenya ga aktif Mi” ucap Xave panik</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya udah sekarang lu tenang dulu, ntar gue kerumahnya. Oke Xav?” ucap Fahmi menawarkan bantuan</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Oke Mi, thankyou yah Mi Thankyou banget” ucap Xave berterimakasih kepada Fahmi</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">“Iya Xav sama-sama, gue cabut sekarang yah Xav? Yuk, Tin temennin gue!” ucap Fahmi yang mengajak Martin untuk menemaninya, mereka pun melangkahkan kakinya ke arah parkiran dan segera mengandari mobil Fahmi menuju rumah Winda, orang yang sedari tadi Xave hubungi. Jalan ke arah rumah Winda cukup padat merayap, maklum rumah Winda berada di daerah kompleks perumahan yang sangat dekat dengan pertokoan besar yang ramai dikunjungi saat weekend, sudah hampir dua jam mobil Fahmi menjelajahi jalanan yang sangat ramai, akhirnya Fahmi pun sampai di rumah Winda. Fahmi dan Martin pun keluar dari mobil kemudian mereka memencet bel rumah Winda namun tak ada seorang pun yang keluar dari rumah, Fahmi mencoba menelepon rumah Winda namun tak ada satu pun telepon Fahmi yang di angkat oleh orang yang berada dirumahnya Winda sampai sampai Martin berteriak memanggil nama Winda namun tetap saja hasilnya nihil tak satu pun orang didalam rumah itu yang keluar, setelah lama menunggu dan terus berusaha memanggil Winda tiba-tiba telepon Fahmi berdering diangkatlah telepon itu oleh Fahmi namun tak ada kalimat yang diucapkan oleh Fahmi mulutnya terdiam seakan terkunci ia hanya mendengarkan apa yang diucapan pria yang berbicara di telepon itu karena heran denan tingkah laku temannya Martin bertanya kepada Fahmi, “kenapa, Mi? siapa yang nelepon?” Fahmi pun menjawab “Tin, Christine udah gaada” “Maksud lu?” Tanya Martin memastikan apakah dia tak salah dengar dengan apa yang diucapakn temannya itu. “Christine meninggal Tin, kita harus kesana sekarang!” ucap Fahmi pelan tenaganya seakan tak ada untuk menjawab lagi segera ia nyalakan mobilnya dan melesat ke rumah duka.</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">***</div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">Kepalaku sangat terasa berat saat aku mencoba untuk bangkit dari kasurku, mataku sembab akibat menangis tadi malam, aku melirik jam yang berada di samping tempat tidurku menunjukan pukul 4 sore aku baru sadar sudah sangat lamaaku tertidur, aku pun melangkahkan kakiku dengan gontai ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang sangat kummel. Sehabis mandi aku terdiam diatas tempat tidurku aku mengambil handphone yang sedari tadi malam aku matikan dan mulai memutar-mutarkan handphoneku itu dalam diam aku pun kembali memikirkan kejadian tadi malam, hatiku seakan teriris jika mengingat kejadiaan itu, air mataku pun mulai membahasi pipiku ingin rasanya kau melupakan semua kejadian itu, aku pun bangkit dari kasur dan mulai berjalan kea rah meja komputer dan menyalakaanya, aku ingin sedikit menghibur diriku sendiri. Aku pun mengetik sebush alamat jejaring social di halaman awal mozila firefox lalu aku pun meng-sign –in accountku saat aku asik melihat update dari teman-temanku tampak sebuah up-date yang membuataku terbelalak <i>“@maresahya : berita duka, teman kita Christine Anastasya Siregar telah berpulang kesisi Tuhan :( semoga kamu tenang yah @ChristineeeeAS di sana. Kita ngedoain kamu disini :’)”<o:p></o:p></i></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">Aku terdiam seketika melihatnya, seakan sebuah anak panah menembus dada ku yang kini sesak tak kuasa membayngkan semua ini memang benar-benar terjadi. Aku pun bergegas meraih handphoneku yang memang dari tadi malam aku matikan, aku langsung mengaktifkan handphoneku. Tampak beberapa pesan singkat di layar handphoneku dan laporan panggilan tak terjawab, tak sempat aku mengecek semua itu sebuah pangglian pun masuk, panggilan iyu berasal dari Martin, aku pun langsung menjawab panggilan itu, “Halo Tin!” ucap ku, Martin pun menyampaikan beberapa kalimat yang kembali membuatku ingin menkutuki diriku sendiri, tanpa pikir panjang aku langsung mengambil kunci mobilku dan melesat ke tempat yang di ucapkan Martin tadi dengan air mata yang terus membahasi pipiku..................................</div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><br />
</div><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">*<i style="color: black;"><b>to be continued</b></i> </span> ghiejagoanbohlamhttp://www.blogger.com/profile/04562805456870412612noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3636902726311920647.post-25286113853880257452010-09-14T06:06:00.000-07:002010-09-14T06:06:33.833-07:00Deuh blog baru deuh<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ini blog gue yang baru haha pengen ngeblog gara-gara ebet jadi weh kepengen haha emng followers banget gue ck hahaha HAPPY BLOGGING :)</span>ghiejagoanbohlamhttp://www.blogger.com/profile/04562805456870412612noreply@blogger.com0